HPD - T U J U H B E L A S

956 66 27
                                    

Hari ini Zoe kembali bersekolah seperti biasanya setelah ia tidak masuk selama seminggu.

Zoe melangkah dengan kepala menunduk menyusuri koridor menuju kelas. Merasa ada yang janggal, gadis itu mendongak, menatap hilir mudik para siswa-siswi di koridor juga lapangan.

Dahinya mengernyit karena merasa ada yang aneh melingkupinya. "Kok mereka gak gosipin aku, ya?" ucapnya pada diri sendiri.

"Atau karena aku gak masuk selama seminggu ini jadi mereka lupa dan gak ngebully atau ngegosipin aku?"

Zoe menggeleng lalu tersenyum senang. "Bagus deh," serunya. "Semoga aja hidup aku bisa tenang."

"Wi!"

Zoe membalikkan badannya, di ujung sana Saga berdiri melambaikan tangan lalu cowok itu berlari menghampirinya.

"Mau ke kelas, kan? Gue anter, ya?"

Zoe mundur selangkah karena terkejut. "Hah?"

"Ayo." Saga menarik tangan Zoe dan mengenggamnya.

Sama seperti tadi, kali ini gadis itu bertambah lebih bingung lagi.

Kenapa Saga mau mengantarnya?

Tidak! Bukan itu. Kenapa Saga tiba-tiba baik padanya?

Dan, kenapa Saga...

"Masuk kelas gih." Saga tersenyum. Pemuda itu melepaskan tautan tangannya pada Zoe. "Belajarnya yang semangat ya!"

Saat Saga hendak berbalik dan ingin pergi, Zoe segera mencekal tangan Saga, sehingga pemuda itu kembali berhadapan dengan Zoe.

"Ap–"

"Kamu pasti ada maunya, kan?" tuding Zoe menatap Saga tepat di matanya.

"Maksudnya?" tanya Saga tidak mengerti.

Zoe mengibaskan tangan. "Halah, gak usah pasang tampang polos deh kalau aslinya kamu baik kayak gini karena ada maunya doang, kan?"

"Wi, lo salah–"

"Saya lebih dari tahu seorang Saga Alexandre itu seperti apa!" Zoe melengos. Ia melepaskan cekalan itu dan bersedekap dada.

"Ngaku aja deh, mau kamu itu apa sih?! Masih belum puas udah hancurin hidup saya, kamu! Iya?"

"Wi, bukan gitu, gue–"

"Gara-gara kamu..." Zoe menunjuk-nunjuk Saga tepat di dada cowok itu. "...karena kamu hidup saya hancur dan berantakan."

"Belum puas kamu ambil keperawanan saya, hah?!" desis Zoe menatap Saga dengan tajam. "Dan karena kamu juga saya keguguran. Gara-gara kamu hidup saya sial, Saga!"

Napas Zoe memburu setelah mengatakan unek-unek nya selama beberapa bulan ini kepada Saga, orang yang ia anggap dalang dari semua masalah yang terjadi di hidupnya.

"Maaf. Gue bener-bener minta maaf, Wi." Saga berujar tulus. Cowok itu meraih tangan Zoe dan menggengamnya. "Untuk apa yang pernah gue perbuat sama lo selama ini, gue minta maaf. Gue bener-bener nyesal, Wi."

"Kalo aja waktu bisa berhenti dan berputar. Gue ingin kembali ke masa itu, Wi. Kalo aja gue gak kemakan emosi dan khilaf, mungkin semua ini gak bakal terjadi."

"Kalo aja gue lebih jujur sama perasaan gue lebih awal, mungkin semua akan tetap baik-baik aja tanpa ada yang tersakiti."

Zoe mendengus mendegar penjelasan dari Saga.

"Wi, tatap mata gue," pinta Saga tapi Zoe melengos.

"Gue mau jujur sama lo," Saga menjeda. Cowok itu terlihat gugup dan tanpa sadar meremas tangan Zoe di genggamannya.

Hello, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang