HPD - 23

801 60 9
                                    

Happy 10k🥳🥳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy 10k🥳🥳

Terimakasih untuk pembaca setia HPD😊

︎▪︎▪︎

"Ayah." Ervan langsung masuk ke ruang kerja Thomas. Pria tua itu langsung duduk tegak dengan dahi mengernyit begitu melihat Ervan datang tiba-tiba di ruang kerja pribadinya.

"Ayah, tolong selidiki siapa yang ingin menyakiti Arini. Arini... dia..."

Thomas semakin tidak mengerti. Apa maksud dari ucapan putra sulungnya ini.

"Arini tadi teriak-teriak, ayah. Dia bilang ada seseorang yang ingin melukai dan menyakitinya."

"Coba ceritakan lebih jelas kepada ayah, X." ucap Thomas begitu Ervan sudah duduk berhadapan dengannya.

Ervan langsung menceritakan hal yang terjadi pada Arini sejak gadis itu hilang hingga sampai di temukan kembali. Tak lupa Ervan juga menceritakan hal yang barusan Arini alami sampai gadis itu menangis ketakutan.

"Kau tenang saja X, ayah akan menyelidiki dan menangkap orang yang ingin berbuat jahat pada Arini." Thomas menjeda. Pria beruban itu mengambil dokumen di laci kerjanya lalu menyerahkan dokumen itu kepada Ervan.

"Tapi kau harus melepaskan titel Dokter mu itu dan harus meneruskan perusahan Ayah, X."

"Ayah—"

"Kau ingin Arini seperti itu terus, hah? Di bayang-bayangi oleh seseorang dan merasa takut terus-menerus. Begitu?"

Ervan menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin Arini seperti itu. Tapi, meneruskan perusahan ayahnya dan merelakan gelar sebagai dokter adalah pilihan sulit.

"Ayah, saya tidak bisa. Ayah bisa memberikan perusahaan ayah itu kepada Saga karena Saga—"

"Karena Saga yang lebih berhak, begitu?" potong Thomas dengan marah.

"X, dengarkan ayah, kalau kamu ingin melindungi Arini, kamu harus meneruskan perusahaan ini dengan begitu kamu bisa melindungi Arini dan melakukan apapun semau mu."

Ervan berdiri dari duduknya dengan muak. Thomas selalu saja memintanya untuk meneruskan perusahaan itu yang jelas-jelas Ervan tidak inginkan.

"X pergi dulu. Jaga diri ayah baik-baik," pamitnya Thomas lalu pergi dari sana.

"X... Xervan!" teriak Thomas saat Ervan hendak pergi dari ruang kerjanya. "Ayah belum selesai bicara!"

Hello, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang