HPD - D U A S A T U

849 65 17
                                    

Pria itu berjalan tergesa-gesa di sepanjang lorong dengan cemas. Rautnya sangat khawatir.

Awalnya, sekitar dua menit sebelumnya ia seperti biasa-biasa saja. Berkumpul di pos jaga lalu saling bertukar cerita. Ervan juga masih bisa tertawa setelah mendengar guyonan dari Abdi.

Tapi, setelah mendapatkan informasi melalui telepon di pos jaga seketika Ervan membeku. Butuh tiga menit baginya untuk menetralisirkan rasa keterkejutan bercampur khawatir dan cemas itu.

Sekarang, di sinilah Ervan. Di ruang tempat Zoe di rawat.

Meski Lina sudah memberitahunya kalau Zoe tidak apa-apa, tapi Ervan kembali memeriksa cewek itu. Memastikan kalau Zoe memang tidak apa-apa.

"Dua hari ini kamu kemana, Cla?" gumam Ervan membalut perban di kedua telapak tangan Zoe.

"Tangan kamu kenapa bisa sampai luka begini?"

Ervan kembali menaruh kotak P3K itu di atas nakas lalu menatap Zoe yang masih terpejam.

"Kamu, aku, kita itu orang asing," lagi, Ervan membuka suara.  "... dan kita baru aja saling mengenal beberapa bulan ini, tapi kenapa saya merasa kalau kita memang udah saling kenal sejak dulu," akui Ervan.

"Saya itu bukan tipe orang yang mudah bersimpati dan peduli ke orang-orang, apalagi sama orang asing." Ervan menjeda. Di genggamnya tangan Zoe yang di balut perban tersebut.

"Tapi kenapa sama kamu beda?" ucap Ervan bertanya pada diri sendiri.

"Ada satu yang harus kamu tahu kalau kamu udah saya anggap berharga, Cla." Di elusnya puncak kepala Zoe dengan lembut lalu Ervan mendaratkan satu kecupan di dahi cewek itu.

▪︎▪︎▪︎

"Apa kau sudah membawa gadis itu ke rumah sakit?" tanya pria itu.

Orang yang di tanya pun mengangguk. "Sudah pak. Saya juga sempat berpapasan dengan tuan X di sana," ucapnya memberitahu. "Tuan X begitu khawatir dan cemas saat tahu bahwa gadis itu di rawat."

Pria itu membalikkan badannya. Sangat jelas kalau ia tertarik dengan informasi yang di beritahu salah satu anak buahnya.

"Benarkah?" ucap pria itu tak menyangka. "Kau selidiki lagi gadis itu," titahnya. "Saya penasaran apa istimewanya seorang gadis biasa itu sehingga kedua kakak beradik itu begitu peduli dengannya."

"Baik pak."

"Liam apa kau sudah urus semua tentang gadis bernama Zoe itu?" tanya Mr. Thomas yang tiba-tiba datang.

"Anak buah saya sudah membawanya ke rumah sakit, Tuan." Liam sengaja menjeda, pria itu ingin melihat reaksi terkejut Thomas kalau kedua putranya saling mengenal Zoe dan mereka begitu peduli pada gadis itu.

"Siswi yang Saga perko*a itu adalah gadis itu, Tuan."

"Ya..ya..yaa... kalau itu pun saya juga sudah tahu Liam," sahut Thomas malas.

"Dia hamil, Tuan. Hamil anaknya Saga."

Boom!

Thomas mundur selangkah karena terkejut ketika mendengarnya.

"T–tuan tidak apa-apa?" ucap Liam menghampiri Thomas dan menuntunnya untuk duduk di kursi. "Kau! cepat ambilkan air minum untuk, Tuan." Perintah Liam pada anak buahnya.

"Apa yang kau bicarakan itu Liam?!" Murka Thomas setelah kesadarannya kembali. "Gadis itu–"

"Apa Tuan ingat waktu Saga memohon untuk pergi keluar dengan raut cemas meski Tuan sudah melarangnya?" sela Liam bertanya.

Thomas mengangguk begitu ia ingat. Malam itu untuk pertama kalinya Saga memohon padanya untuk pergi ke rumah sakit.

"Tuan tahu apa yang membuat Saga sampai cemas seperti itu?"

"Bukannya dia pergi ke rumah sakit karena temannya kecelakaan?" ucap Thomas yang mendadak bingung dengan arah pembicaraan Liam. "Kau sendiri yang memberitahukan itu pada saya."

Liam mengangguk membenarkan. "Ya itu memang benar tapi tidak sepenuhnya benar, Tuan."

"Maksud kau apa Liam!! Kau membohongi saya?"

"Saya tidak berbohong Tuan," ucapnya membela diri. "Saga memang pergi kerumah sakit untuk menjenguk temannya tapi ada satu lagi yang belum saya baritahu pada Tuan."

"Orang yang di jenguk Saga di rumah sakit itu adalah Zoe.... dan dia keguguran."

Bom!

Thomas langsung bersandar pada sandaran kursi dengan lemah. Hampir dua kali ia terkena serangan jantung setelah mendengar informasi dari Liam yang membuatnya terkejut bukan main.

"Apa lagi yang kau sembunyikan dari saya, Liam?" suara tegas nan dingin dari Thomas membuat Liam menunduk takut. Ia tahu bahwa atasannya ini sedang marah.

"X..."

Ketika nama X di sebut, Thomas langsung menatap tajam Liam sehingga pria itu kembali menunduk takut.

"Kenapa? Ada apa dengan X? Kenapa kau menyebut nama X di pembicaraan ini?" serang Thomas dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"X dan gadis itu saling mengenal Tuan. Dan begitu gadis itu di larikan ke rumah sakit tempat X menjalani koas, X sangat khawatir. Dia menangis Tuan.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Satu persatu semua bakal terungkap ya. Wkwk...

Btw, ada yang tahu Arini itu siapanya Ervan dan Saga sih??

Jawab ya!!

Salam sayang dari pak dokter❣

Salam sayang dari pak dokter❣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SALAM DARI BINJAI🌴

😂😂😂

Hello, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang