Part 1

935 151 18
                                    

Tinggalkan komentar di setiap paragraf, ok?

Tinggalkan komentar di setiap paragraf, ok?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~RECOGNIZED~

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Lelaki berkemeja putih itu membelai wajah seorang gadis; dari pelipis hingga dagu. Membuat gadis berpipi tirus tersebut menunduk karena gugup. Netra cokelat terus terpaku, memandang kedua ujung sepatu. Seolah ujung sepatu tersebut lebih memikat atensi ketimbang wajah lelaki dihadapannya.

"Lihat kakak." Suara tercetus dari mulut sang pemuda, terdengar berat dan bergelora. Gadis dengan ikat rambut hitam itu mendongak, membuat empat pasangan netra berbeda warna saling bertabrakan.

"Kakak sayang kamu," ucap lelaki itu kepada adik perempuan satu-satunya. Kalimat tersebut begitu lembut membelai telinga. Lantas, cowok itu pun mendekatkan wajah. Ia menghela nafas pelan sebelum akhirnya memiringkan kepala untuk mencium bi—

Bruk!

Sebuah bantal sofa dengan corak abstrak tepat mengenai ujung kepala. Gadis dengan netra bening itu menatap nyalang sang pelaku. "B*ngsat! Ganggu suasana aja lo!" teriaknya mengumpat akibat terlampau kesal. Bagaimana tidak? Saat ini ia tengah membaca cerita dengan scene paling greget super menegangkan sampai membuat jantungnya salto depan belakang. Dan dengan kurang ajarnya, pemuda yang berstatus sebagai abangnya itu malah melemparinya dengan bantal.

"Lo kenapa gigit-gigit jari? Nanti cacingan. Kalo laper, makan." Lelaki dengan rambut potongan quiff itu mencibir dari mulut pintu.

Zee berdecak sebelum akhirnya sebuah ide konyol berkelebat di pikiran. Sebelah sudut bibirnya melengkung ke atas. Gadis itu terlihat menaik-turunkan kedua alis tipisnya.

Pemuda dengan balutan kaos putih tersebut melangkah sembari menyipit curiga. Hatinya kini merasa tidak tenang. Jika sudah mengeluarkan smirknya, pasti adik laknatnya itu tengah merencanakan sesuatu.

"Bang berhenti!"

Sudah Jiwa duga! Ia mengangkat sebelah alis sambil memelankan tempo langkahnya.

"Rasanya ciuman itu gimana?"

Pemuda itu mendelik tajam, namun tetap menjawab pertanyaan dari sang adik , "Rasanya seperti anda menjadi babi ngepet."

"Kalo gitu, ayo kita ciuman biar bisa ngepet bareng. Lumayan, buat beli seblak!" Anggap saja otak gadis itu tengah dalam mode geser.

Pupil mata Jiwa semakin melebar. Cowok itu terlihat mengumpat. Namun, sedetik setelahnya menyeringai lebar. Ia berjalan perlahan, sementara Zee terus memilin bibirnya. Hari ini ia akan merasakan ciuman seperti yang acap kali dirinya bacanya di dalam cerita teenfic? Wow, impresif!

Jiwa semakin mengikis jarak. Jangka keduanya benar-benar dekat. Tangannya terangkat—menyelipkan anak rambut Zee ke belakang telinga. Gadis itu merinding saat merasakan hembusan nafas panas menerpa leher jenjangnya. Lalu setelahnya, hanya terdengar suara lengkingan yang nyaris memutuskan saraf pendengaran.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang