Part 9

386 83 14
                                    

Berani mengusik? Siap-siap untuk terusik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berani mengusik? Siap-siap untuk terusik.- Havika.

~RECOGNIZED~

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Sampai didalam kamarnya, Zee menguap kecil. Seragam masih membungkus raga. Sayangnya ia terlalu lelah untuk sekedar mengganti pakaian. Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya dan membaca beberapa bab cerita supaya semangatnya kembali bergelora.

Dirasa tenaganya sedikit pulih, Zee lekas bangkit. Menggelung rambutnya dengan ikat rambut hitam lalu membuka almari. Ketika mengambil kaos merah muda, tiba-tiba saja sebuah dress hitam terjatuh. Dia lekas memungut dress tersebut seraya bergumam, "Punya siapa ini? Apa mungkin punya mama yang keselip ke sini?"

Cewek itu berjalan ke arah cermin; menatap lekat dress dengan taburan glitter warna-warni. Ia terpana. Maka dari itu, Zee iseng-iseng mengenakan dress tersebut, dan ternyata sangat cocok. Hanya saja dress-nya terlalu mini dan ketat. Sialnya, mendadak pintu kamar terbuka lebar.

"Ze—" Jiwa datang. Pemuda itu kontan berteriak, "Lo ngapain pake baju begituan Zee?!" Ia membalikkan badan seiring dengan kelopak mata yang tertutup rapat. Jiwa tidak ingin netra legamnya ternodai hanya karena melihat paha mulus milik adiknya.

Zee terdiam sejenak. "Gue gak tau. Baju ini tiba-tiba ada di lemari. Ya udah gue coba."

"Udah cepet sekarang ganti bajunya!" Jiwa memberi perintah tanpa membalikkan badan. Dari nada suaranya, Zee bisa menangkap betul bahwa saat ini cowok itu tidak menerima bantahan.

Namun, bukan Zeenata namanya jika tidak berbuat usil. Gelak tawa terdengar samar keluar dari mulut Zee tatkala ide konyol melintas di memori otaknya. "Bang, tidur bareng, yuk!"

Jiwa berbalik, langsung menatap nyalang. "Astaghfirullah, otak lo kayaknya perlu siraman rohani!" Pemuda itu bergerak cepat, lalu menjewer telinga Zee dan menariknya menuju kamar mandi. Jiwa lantas mengambil shower dan menyalakannya dengan air dingin; menyiram adik perempuannya tanpa ampun.

"Heran gue, bisa-bisa punya adek kayak gini." Jiwa masih menggerutu dengan nafas yang naik-turun.

"Bang, udah Bang. Ini bukan siraman rohani tapi siraman shower water." Zee memelas, "udah Bang. Dingin. "

Lelaki tersebut lekas menggiring tubuh Zee keluar kamar. Tak lupa sebelum itu membalut tubuh adiknya dengan selimut tipis.

"Gue aduin lo." Masih menarik kuping Zee, Jiwa kembali berteriak, "Ma ...! Mama!"

"Ada apa ini?" Xeanzi datang dari balik pintu kamarnya dengan raut panik.

"Ma, ayo kita ruqyah si Zee. Mama tau gak? Dia ngajakin Jiwa tidur bareng, coba!"

"Nggak, Ma. Zee cuma bercanda, tapi bang Jiwa nganggepnya serius." Gadis itu membantah cepat. Memang benar, tadi ia hanya sekedar bercanda, tidak lebih. Zee tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Ia masih memiliki akal sehat.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang