Part 44

35 10 0
                                    

Pagi hari di sekolah. Zee membagikan permen kepada teman sekelasnya. Ia sangat senang karena sekarang para penyihir telah punah dan tidak akan mengganggunya lagi. Akan tetapi, kesedihan juga masih menghiasi hatinya. Grasshoper. Peliharaan kesayangannya tersebut telah berpulang. Di mata Zee, Grass itu amat lucu. Tingkahnya yang polos tak jauh berbeda dengan anak kecil.

Yang paling membuatnya patah hati yaitu saat Grass mengucapkan tiga kata terakhir sebelum pergi. Zee senang Grass bisa mengatakan kalimat tersebut. Jika masih hidup, mungkin Zee akan menanyai Grass, siapa yang mengajarkan dia ngegombal seperti itu.

Grass mencinta Zee. Dan Zee menyayangi Grass.

"Zee, gue belum kebagian." Suara Ganta terdengar, membuat Zee menoleh kearahnya.

"Perasaan lo yang ngambil permen paling banyak, deh." Ia menyodorkan dua buah permen dengan bungkus berwarna merah kepada cowo itu.

Ganta nyengir, mengambil permen tersebut kemudian dimasukkan kedalam saku celana yang ternyata sudah dipadati banyak permen. Cowo itu benar-benar curang.

Zee mengajak Ganta untuk menemui Jiwa dan Gasta didepan kolam ikan. Setibanya disana, Zee memberikan sebatang cokelat yang dililit pita berwarna merah kepada Jiwa juga Gasta.

"Ada apa nih? Tumben ngasih cokelat." Jiwa bertanya, memasukkan cokelat tersebut kedalam saku baju.

"Syukuran karena sirkel penyihir udah musnah," jawab Zee.

"Makasih, Zee." Gasta membuka bungkusan cokelat kemudian memakannya.

Sementara itu, Ganta menghentakkan kakinya dengan keras untuk memikat atensi. "Mereka pada dapet cokelat. Kok gue cuma permen?" tanyanya ngambek.

"Lo kan anak sultan. Beli sendiri napa," sahut Zee. "Pake ngambek segala," lanjutnya sambil menoel pipi Ganta. Pemuda tersebut langsung membuang muka.

Bohong jika Ganta tidak salting. Padahal, Zee hanya menoel pipinya, tapi kenapa tubuhnya bereaksi seperti itu?

Ganta berdeham. "Gue lagi kebanyakan duit, nih. Ntar pulang sekolah gue traktir lo pada," ucap cowo itu tiba-tiba. Membuat Zee dan Jiwa berseru senang. Sedangkan Gasta hanya tersenyum simpul.

***

Ganta tidak bohong dengan ucapannya tadi pagi. Buktinya, sepulang sekolah mereka langsung berangkat. Dan saat ini sudah duduk disebuah restoran Korea sambil tertawa girang.

"Gue mau ramen yang pedes banget!" seru Zee, refleks mendapat jitakan di keningnya. Dalang dibaliknya ialah Jiwa, kakak laki-lakinya.

"Apasih, bang? So asik!" kesal gadis tersebut sambil mengelus jidatnya yang terasa nyeri.

"Sayangi lambung lo, Zee. Jangan keseringan makan pedes," jelas Jiwa menasehati.

"Serah gue lah, bang. Lambung-lambumg gue, kenapa lo yang ribet?" balas Zee nyolot. Seketika membuat Jiwa mengelus dada.

"Emang susah ya ngomong sama titisan monyet. Harus banyak istighfar."

Kedatangan waiters menghentikan keributan antara Zee dan Jiwa. Mereka menikmati makanannya diselingi canda dan tawa.

Zee pecicilan, menghabiskan toppoki milik Ganta. Membuat cowo tersebut misuh-misuh. Berbeda dengan Gasta dan Jiwa yang begitu khidmat menikmati makanannya.

Usai itu, Zee pergi ke toilet untuk mencuci muka. Selang beberapa menit, gadis itu tak kunjung kembali. Akhirnya Ganta berinisiatif untuk menyusul Zee.

Dia tidak menemukan keberadaan Zee di toilet. Terdengar suara pecahan kaca dari arah dapur. Ganta yang penasaran segera mengecek.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang