Part 38

34 10 0
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍"Ketika mimpimu ...." Jiwa menunjuk layar ponsel yang menampilkan jumlah vote di dalam sebuah cerita Wattpad.

"Yang begitu indah ...." Pemuda itu menunjukkan layar ponsel lagi. Namun kali ini menampilkan jumlah follower yang sudah sampai satu juta lebih.

"Tak pernah terwujud ...." Kali ini Jiwa menunjuk jumlah viewers yang sudah berjuta-juta.

"Ya sudahlah." Pemuda itu menunjuk tulisan pratinjau di layar ponsel.

"Anjir," balas Zee menyeletuk.

"Pratinjau terus ampe viewers naik jutaan."

"Gue bukan orang kayak gitu lah, bang. Gue juga punya readers setia."

Katanya sih, ini katanya, ya. Jika kita memencet tulisan pratinjau, otomatis jumlah viewers cerita Wattpad kita akan bertambah. Dan itu kita sendiri yang membacanya.

"Gue gak nanya," sahut Jiwa.

Zee merampas ponselnya. "Udah bang jangan ganggu."

Beralih menatap Xeanzi yang tengah menjahit baju di sofa, Zee lantas berkata, "Ma, Zee mau pindah sekolah."

Ibu dari dua anak itu mengernyit heran. "Lho, kenapa?"

"Kenapa Zee? Lo kesambet?" sambar Jiwa.

"Gak papa Ma, cuma bosen aja tiap hari ketemu sama bang Jiwa. Makannya Zee mau pindah sekolah."

"Adek laknat!"

"Masa alasannya cuma itu. Apa disekolah kamu ada masalah?" Xeanzi bertanya sembari menyimpan benang di atas meja.

"Nggak, Ma. Zee emang cuma mau nyari suasana baru aja."

"Kalo kalian beda sekolah, nanti abangmu gak akan bisa menjaga kamu, Zee."

"Apaan, Bang Jiwa itu bukannya menjaga malah hoby nistain adeknya!" Zee bangkit setengah kesal. Lekas berjalan menuju kamarnya.

Jika saja tadi disekolah Zee memenangkan pertandingan. Mungkin dia tidak perlu susah-susah meminta izin untuk pindah sekolah.

Dahi cewe itu mengernyit ketika tidak mendapati Grass didalam kamar.

"Grass?"

Langkah kaki membawanya menuju balkon. Disana terdapat Grass yang tengah berbaring di pembatas balkon dengan sebelah lengan yang dijadikan sebagai bantal.

"Grass lagi ngapain disini?" tanya Zee.

Grass menunjuk ke atas langit yang dihiasi ribuan bintang dan sebuah bulan sabit. "In ... dah ...," cetusnya.

Zee tersenyum. Sekarang peliharaannya sudah bisa berbicara sendiri dan Zee senang akan hal itu.

"Grass, gue mau ke pesta ulangtahun temen. Lo tunggu disini, ya. Nanti gue kirim cake."

Grass menoleh, mata zamrud nya terlihat berbinar kemudian berkata, "iya." Lalu pemuda itu kembali memfokuskan pandangan ke angkasa. Jari hijaunya terangkat untuk menghitung bintang yang paling terang di atas sana.

***

Pesona Zee begitu dahsyat sampai-sampai Ganta terpana dibuatnya. Tapi detik berikutnya Ganta segera menggelengkan kepala. Ia harus sadar jika sekarang Zee adalah musuh terbesarnya.

Zee dan Gasta terlihat begitu serasi. Bahkan, mereka berdua memakai baju couple. Zee dengan balutan dress biru sebatas lutut dan Gasta mengenakan kemeja biru dengan paduan celana Levis hitam.

Zee dan Ganta terpaksa harus duduk di meja yang sama lantaran mejanya sudah penuh. Kedua rival itu saling melempar tatapan sinis.

"Vi, ini cake kesukaan kamu, cobain deh." Ganta menyodorkan satu buah cake strawberry kedepan mulut Havika. Gadis itu tentu tidak menolak, apalagi langsung disuapi oleh Ganta. Beuh, berdamage.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang