Part 23

257 61 22
                                    

"Katanya kawan, tapi kok itungan?"

"Katanya kawan, tapi kok itungan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~RECOGNIZED~

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍"Gue heran, Pri. Udah jelas-jelas gue dorong Zee sampe terjun ke bawah. Tapi anehnya tuh cewek tiba-tiba ngilang. Dan sekarang, dia masuk sekolah tanpa luka sedikitpun. Gue curiga dia punya kekuatan. Atau mungkin dia bukan manusia?" Havika mondar-mandir di depan Priyanka. Gadis itu makin kelimpungan ketika mengingat kejadian semalam. Itu benar-benar tidak masuk akal.

"Lo jangan ngawur deh, Vi. Ini jaman milenial. Mana mungkin Zee punya kekuatan." Priyanka membantah tegas—sama sekali tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Havika.

"Gue gak ngawur, Pri. Gue berani sumpah." Mengangkat dua jarinya sebagai bukti bahwa ia betulan tidak berbohong.

"Oke, lupain. Waktu itu rencana gue gagal, Zee gak di keluarin dari sekolah. Begitupun dengan rencana lo. Jadi, sekarang kita harus susun rencana lain." Priyanka tersenyum licik. Ada binar bergelora di kedalaman bola matanya.

"Gue yakin rencana kali ini gak akan gagal."

***

Gasta tengah mengajari Zee membuat burung dari kertas origami. Gadis itu misuh-misuh lantaran sudah mencoba beberapa kali namun tetap saja usahanya gagal. Padahal kelihatannya begitu mudah. Tetapi waktu dicoba, benar-benar sulit.

"Bikinnya gak boleh emosi. Coba kamu pake kasih sayang. Kertasnya lipat pelan-pelan. Aku yakin pasti berhasil." Gasta menginstruksi seraya menyodorkan selembar kertas origami berwarna merah.

Zee mengangguk samar, lekas mengikuti instruksi dari sang kekasih. "Oke Zee, lo kudu tenang. Gak boleh emosi. Bawa santai aja." Cewek itu bergumam untuk menyemangati.

"Dan ... selesai!" Dia berseru manakala berhasil melakukannya. "Bagus gak?" tanyanya sembari memperlihatkan origami hasil buatannya.

Gasta bertepuk tangan kecil. Ia mengusap lembut puncak kepala Zee, terlalu gemas dengan tingkah sang kekasih. Binar bahagia terlihat kentara di wajahnya.

"Alphabet, nanti malem temenin gue ngepet, ya? Besok novel favorit gue open bo."

"Bo?" Gasta membeo.

"Astagfirullah, kuping lo salah denger kali. Tadi gue bilang open po." Secepatnya gadis itu berkilah.

Gasta mengeluarkan uang kertas dari saku celananya. "Gak perlu ngepet. Nih, beli aja."

Menggeleng keras, cewek itu mengangkat dagu dengan angkuh. "Nggak. Kata Mama kalo pengin sesuatu itu harus berjuang, jangan cuma mau enaknya doang. Itu sebabnya gue ngajakin lo kerja. Maksudnya kerja sama buat ngepet nanti malam."

Andai saja ada Ganta, pasti cowok itu akan menyangkal cepat. Katanya, kalo pengin sesuatu itu harus berjuang jangan cuma mau enaknya doang. Lantas, bagaimana dengan Zee yang setiap hari meminta traktiran kepada Ganta? Dan cowok itu selalu mengiyakan—menuruti semua keinginannya. Bisa tolong jelaskan dimana letak perjuangannya?

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang