Part 47

36 9 0
                                    

Zee nampak kaget saat dari balik pintu, Gasta datang bersama dengan seorang gadis dan seorang wanita. Ia menatap tak percaya sampai tak bisa berkata-kata.

"Hai Zee." Gadis dengan balutan rok mini itu mengeratkan pelukannya di lengan Gasta. Sedang si wanita hanya tersenyum puas.

"Kalian ...."

"Ya, aku Irsyalina. Ceweknya Alphabet." Dia sengaja memanggil Gasta dengan panggilan kesayangan Zee.

Sang wanita angkat bicara. "Kasian sekali kamu." Sambil menggelengkan kepala.

"Tante Arsya ...." Zee menatap wanita yang berstatus sebagai mamanya Irsya itu dengan mata memerah.

Kenapa? Kenapa orang-orang terdekatnya tega sekali melakukan itu kepadanya? Apa salah Zee sampai harus menerima hukuman seperti ini?

"Gasta, kalo emang lo cowoknya Irsya, kenapa selama ini selalu bilang kalo lo cinta sama gue?! Dan lo Irsya, bukan gue doang yang lo khianati. Tapi bang Jiwa juga. Apa lo gak mikirin perasaan bang Jiwa sedikitpun?" Padahal masih pagi, tapi emosi Zee sudah naik ke ubun-ubun. Ia murka pada Irysa. Gadis itu telah berani mengkhianati abangnya. Zee sayang Jiwa. Ia tidak ingin melihat saudara laki-lakinya sedih.

"Lo nya aja yang bego. Bisa-bisa di manfaatin sama Gasta. Gasta tuh sebenernya gak cinta sama lo. Dia cuma cinta sama berlian lo!" sahut Irsya dengan kejam.

"Mana mau gue punya cewek jadi-jadian kayak lo. Nyeremin, apalagi gigi yang tumbuh di bagian perut. Gak lazim banget. Lo itu harusnya sadar, penyihir gak akan bisa hidup sama manusia," timpal Gasta. Zee tersenyum kecut. Gadis itu menelan bulat-bulat tamparan kalimat dari Gasta. Zee hanya memiliki satu hati. Tetapi semua orang menghancurkannya.

"Memang hakikatnya penyihir itu ga seharusnya hidup di wilayah manusia. Tapi berhubung lo udah terlanjur masuk ke dunia manusia, lumayan bisa gue manfaatin," ucap Gasta lagi.

Stop! Zee berharap mati saja daripada harus mendengar kata-kata menyakitkan terlontar dari orang yang dia sayang.

Zee tidak ingin terlihat lemah, tapi mau bagaimana lagi? Hati memang tidak bisa di bohongi. Detik itu juga hatinya hancur berkeping-keping. Gasta, Irsya, dan Tante Arsya. Mereka semua mengkhianatinya.

"Ayo, siapa yang mau nyakitin gue lagi? Mumpung masih hidup." Selanjutnya, tangis Zee pecah. Ia meraung. Sakit. Sakit sekali. "Mama ... Bang Jiwa ... Zee gak kuat."

Gasta pergi dari sana. Bola matanya memerah. Kedua telapak tangan terkepal kuat hingga urat-uratnya terlihat menonjol.

Irsya mendekat. Telapak tangannya mengusap pipi Zee. "Jangan nangis dulu. Masih ada beberapa fakta lagi yang belum lo denger."

Cewe itu tersenyum licik. "Sebenarnya gue masih perawan. Preman-preman yang dulu perkosa gue, itu cuma suruhan." Dia menatap Zee dengan raut kasihan.

"Gue juga yang ngebajak hape lo buat ngechat putus sama Gasta." Dia memberi jeda. "Dan gue juga yang naro kamera dikamar lo terus nyebarin videonya. Karena gue ...." Irsya menjambak keras rambut Zee. "Gue gak suka lo deket sama Gasta. Dia cuma milik gue!"

Soal itu, Gasta tidak tau. Ia tidak tau kalau Irsya yang membajak hp Zee dan menyebarkan videonya. Karena itu sama sekali bukan bagian dari rencananya.

Zee hanya memejamkan mata. Ia sudah tidak kuat mendengar semua kenyataan yang menyakitkan tersebut.

Setelah puas, ibu dan anak itu keluar dari ruangan. Selanjutnya, dua orang bodyguard datang untuk menjaga. Gadis itu meredakan tangisnya. Ia memiliki ide.

Dia meminta izin untuk pergi ke toilet. Dua bodyguard tidak mengindahkan lantaran takut Zee akan kabur. Tetapi gadis tersebut terus memohon.

"Tolong, udah gak kuat banget nih. Kalo gak diizinin terpaksa gue berak didepan mata kalian," ancamnya. Mau tak mau, bodyguard tersebut mengeluarkan Zee dari jeruji besi.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang