Part 35

31 10 0
                                    

‍‍‍Saat ini Zee dan Gasta tengah berkeliling sambil mendorong gerobak cilok. Ternyata benar, di balik masalah pasti ada hikmah. Zee di pecat dari pekerjaan tapi sekarang ia sudah menemukan mesin penghasil uang. Bermodalkan bantuan dari Gasta, Zee sekarang mampu mendapatkan uang dengan nominal ratusan ribu rupiah.

"Cilok cilok! Beli cilok satu gratis fotbar sama cogan!" Untuk kesekian kalinya gadis itu berteriak. Mbak-mbak rempong mendadak mendekat seperti logam yang ditarik magnet.

"Beli cilok satu bungkus gratis fotbar satu jepret sama cogan. Beli cilok dua bungkus, gratis dua jepretan fotbar. Begitu seterusnya. Ayo tante-tante yang cantik budiman suka menabung dan tidak sombong. Lebih banyak beli cilok maka lebih banyak pula foto yang akan di dapat."

Demi Zee, Gasta melakukannya dengan sukarela. Pemuda itu tersenyum ke arah kamera ditemani seorang wanita muda bergincu tebal di sampingnya.

Setelah mendapatkan foto serta beberapa bungkus cilok, mereka kembali sibuk dengan aktifitas masing-masing. Gasta berceletuk, "Zee, bibir aku pegel senyum terus ke kamera."

Cewek itu tergelak. "Udah ayo balik. Ciloknya juga udah abis. Ini bayarannya. Berhubungan lo orang kaya, jadi gue kasih lo seratus ribu aja," ucapnya lalu menyodorkan pecahan uang receh.

"Aku gak butuh. Cukup liat kamu bahagia aja udah bikin hati aku seneng," sahut Gasta.

Zee menoyor pundak Gasta. "Plis deh kalo ngegombal jangan kebangetan. Kan gue jadi baper."

Kedua bola mata gadis itu tiba-tiba menggelap. Zee berhenti tertawa. Air mukanya kian tanpa ekspresi. Zee membuang asal uangnya lalu berjalan dengan tatapan kosong.

Gasta mengernyit, memungut uang tersebut lalu kemudian segera menyusul Zee.

Pemuda itu berteriak kala Zee menyeberang jalan tanpa tengok sekitar. "Zee!" Gasta berlari, menarik lengan Zee diiringi suara klakson mobil yang terdengar mematahkan gendang telinga.

Kepala Zee terbentur trotoar dan pelipisnya sedikit mengeluarkan darah. Matanya sudah kembali normal. Gadis itu meringis.

"Zee kamu kenapa, sih?!" Gasta membentak marah. Ia hanya tidak ingin melihat gadis itu terluka.

"Emangnya gue kenapa?" Dengan polos, Zee balik bertanya.

"Kamu kalo nyeberang jalan liat-liat dong!" Cowok itu memperingati.

"Nyeberang jalan? Mana gue tau. Perasaan gue kagak nyeberang jalan," elak gadis tersebut.

Tak lama, muncul sesosok makhluk. Kulitnya hitam legam dengan gigi yang hanya di isi taring nan panjang. Matanya kecil, terlihat seperti titik merah di atas kertas hitam. Rambutnya merah tipis. Kurang lebih ada delapan helai rambut, selebihnya hanya kulit kepala yang juga berwarna hitam.

Pearlwitchly, penyihir terkuat di negeri sihir. Penyihir tersebut bisa mengendalikan pikiran manusia. Dan memanipulasi serta membuat ilusi.

Giginya menggertak, menggeram marah seraya menatap Gasta dengan sorot nyalang. Ia lalu membaca sebuah mantra diiringi sebuah cahaya dan melesat cepat menghantam tubuh cowo tersebut.

Pemuda itu terpental sejauh beberapa meter. Zee lekas menghampiri kekasihnya. Ditatapnya tubuh Gasta yang kian berwarna biru pucat. Sepertinya penyihir itu telah memasukkan racun kedalam tubuh Gasta.

"Alphabet, bangun plis." Zee mengguncang tubuh Gasta tetapi hanya berujung sia-sia.

"Lo gak boleh tinggalin gue, nanti gue jomblo. Dulu lo pernah janji gak akan pernah ninggalin gue. Dan sekarang gue tagih janji lo itu."

Zee menyimpan kepala Gasta di pangkuannya. Gadis itu mengusap lembut rambut kelam milik Gasta. "Gue sayang sama lo," bisiknya. "Jadi, tolong bangun demi gue." Dirasa tidak ada pergerakan, Zee akhirnya bangkit. Gadis itu menatap murka sang penyihir.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang