Part 29

41 12 0
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Pagi ini Zee bangun kesiangan. Entahlah, semalam ia bermimpi seseorang mengajaknya berjalan-jalan mengelilingi awan. Benar-benar mimpi yang sangat konyol.

Netra bening tak henti-hentinya melirik jam Barcelona yang melekat ditangannya. Gadis itu memasukkan semua bukunya dengan asal. Pasti pagi ini dirinya akan berakhir di jemur di lapangan karena jam masuk hanya tinggal tersisa lima menit lagi. Ia lalu berlari, bahkan sampai tidak sempat untuk sarapan.

Tepat setelah kakinya menginjak teras rumah, tiba-tiba saja ia sudah berada di koridor sekolah. Gadis itu tentu tertegun sampai rasanya ia linglung.

"Gila, gue lari secepat ini? Bukannya tadi masih ada di teras rumah?" Ia masih diam di tempat. Rasa penasaran terus menggerogoti hatinya. Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Padahal gak pake sepatu super. Yakali dari super Dede berubah jadi super Zeezee." Zee menggaruk kepalanya sambil berjalan menuju kelas.

Tangannya terulur, mendorong handle pintu, namun tiba-tiba saja justru handle pintu tersebut ikut copot dan menempel di tangannya.

Bola mata Zee seakan ingin keluar dari porosnya. Ia celingukan lalu segera melempar handle tersebut ke sembarang arah "Gue kenapa?" tanya gadis itu. Tak lama tangannya mengeluarkan cahaya terang yang sama persis seperti semalam. Dia melipat telapak tangan dan memasukannya kedalam saku hoodie. Kalo ada yang liat bisa gawat pikirnya.

Langkah kaki segera beranjak menuju taman sekolah. Tetapi dirinya terjerembab lantaran tersandung tali sepatu. Tubuh Zee menghantam pilar. Tetapi, bukannya kesakitan justru setengah pilar tersebut hancur seperti habis di terpa badai.

Memilih mengindahkan, Zee kembali berlari. Sesampainya disana ia duduk di bangku taman sambil termenung. Ada apa dengan dirinya?

"Apa ini yang mama maksud? Bahwa suatu saat nanti gue bakalan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar?" Dia bermonolog.

Ketiga pemuda minus akhlak datang. Mereka berjalan dengan tampang santai. Ganta dengan sebuah bandana hitam di keningnya langsung berujar, "ternyata disini, dari tadi kita cariin."

"Jangan mendekat!" seru Zee.

"Kamu kenapa, Zee?" Gasta lekas bertanya.

"Gue sakit. Nanti kalian tertular." Gadis itu menyembunyikan kedua tangannya dibalik saku hoodie. Ia hanya takut jika kekuatan yang saat ini bersemayam di dirinya melukai mereka bertiga.

"Sakit apa?" Ganta bertanya sembari melangkah maju. Zee ikut melangkah mundur.

"Palingan terinfeksi virus goblok," jawab Jiwa. Abangnya yang satu ini memang tolol.

"Iya. Gue terkena virus goblok makannya jangan deket-deket nanti kalian tertular."

Mereka terbahak, tetap melanjutkan langkahnya.

"Gue bilang jangan mendekat. Awas aja kalo ada yang ngikutin gue." Zee berlari ke halaman belakang. Gadis itu menatap tangannya yang sedikit memancarkan cahaya. Ia lalu duduk di bawah pohon rindang.

"Gue gak mau." Mulutnya berucap lirih. "Gue cuma mau hidup normal sebagai manusia seutuhnya. Gue gak mau punya kekuatan." Perlahan cahaya ditangannya mulai redup lalu menghilang begitu saja.

"Apa sihirnya udah gak ada?" Gadis itu meninju keras batang pohon. Yang di susul suara jerit kesakitan.

"Beneran udah gak ada." Tersenyum lega.

***

‍"Hari ini ultah Zee, kalian semua harus sepak Zeenata," ujar Ganta kepada seluruh isi kelas X IPS 3.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang