Part 17

373 72 14
                                    

Itu yang punya muka dua, bagi mukanya satu dong, biar gak suka cari muka.- Zee.

~RECOGNIZED~

"Zee!" Ganta berlari tergesa menuruni tangga untuk menghampiri Zee yang sudah terkapar di bawah sana.

Gadis itu memejamkan mata; mencoba menetralisir rasa sakit yang menggerayangi kakinya.

Zee beringsut duduk. Ganta membingkai wajah sang gadis lantas menyelipkan rambut yang menutupi sebagian wajah cewek tersebut ke belakang telinga. Pelipis Zee sedikit mengeluarkan darah akibat tergores sisi undakan tangga.

"Lo gak papa, kan?" Ganta menyeka darah yang menggelinding dari pelipis Zee.

"Masih nanya gak papa, ya jelas sakitlah, bego!" sahut Zee amat ngegas. Beneran deh, pergelangan kakinya terasa begitu nyeri.

Gayatri telah sampai di lantai bawah, wanita itu menarik lengan Ganta untuk berdiri dari posisinya. "Ganta masuk kamar!"

Cowok itu sontak membantah, "Tapi Ma, Zee terluka."

"Cuma luka kecil doang. Mama bilang masuk kamar!"

"Ma, untuk kali ini aja. Biarin Ganta obatin dulu luka Zee." Memohon, matanya menyorot sendu.

"Alganta masuk kamar!" Sang wanita berteriak nyaring. Ganta menatap Zee dengan sorot terluka. Demi kerang ajaib, ia tidak bisa melihat Zee kesakitan seperti itu.

Mengepalkan tangan, Ganta lalu secepatnya memasuki kamar di susul dengan suara bantingan pintu yang terlampau keras.

"Bangun, cepat pergi dari rumah saya!"

Melihat tidak ada pergerakan dari Zee, membuat Gayatri mau tak mau menggusur tubuh gadis tersebut untuk keluar dari sana.

"Pelan-pelan, sakit." Zee mengaduh. Wanita songong itu membetotnya begitu kencang.

"Cepat bangun. Saya tau kamu cuma drama!"

Gila, minta di tabok ni nenek lampir. Orang lagi kesakitan pake di bilang drama! Zee memendam unek-uneknya dalam hati.

"Minggir, saya bisa sendiri!" Berjalan dengan kaki terpincang, cewek itu melayangkan tatapan menghunus. "Liat aja, saya akan secepatnya bongkar rencana busuk kalian!" Memberikan ancaman dengan penuh keyakinan sesaat sebelum jejak langkahnya keluar dari kediaman bertingkat dua tersebut.

***

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Seperti biasa, jika sedang badmood Zee akan melampiaskan emosinya lewat tulisan. Ia akan menulis apapun yang berseliweran di dalam kepalanya. Setelah menyelesaikan sebuah prolog, cewek itu akhirnya bertanya kepada Jiwa. "Bang, kalo prolog nya gini bagus gak ... Semerbak tai domba tertiup angin, spontan membuatku mengerutkan hidung. Ku edarkan pandangan menatap sekeliling Desa yang baru kali ini kakiku pijak. Wah, ternyata Desa ini bagaikan istana domba. Bagaimana tidak? Domba para peternak tengah makan rerumputan di sepanjang jalan. Tak lupa di sekelilingnya dihiasi benda bulat berwarna hitam. Ya, itu adalah tai domba."

"Lo niat bikin cerita apa stand up komedi?" Jiwa bertanya dengan mata berotasi.

Saat ini gadis itu sedang berada di kamar Abangnya. Biasalah minta hotspot. Jiwa sempat menolak, tetapi Zee mengancam akan mengubur koleksi ikan cupang Abangnya hidup-hidup. Mendengar ancaman tersebut, cowok itu hanya bisa pasrah sambil memencet icon hotspot. "Lah Bang, kan ini ceritanya di pedesaan."

"Ya gak gitu juga, susu Zee." Cowok itu melipat laptop yang kemudian meregangkan otot. Tugas sekolah adalah hal paling menyebalkan dalam hidupnya. Namun, mau tidak mau, bisa tidak bisa, ia harus tetap mengerjakannya.

RECOGNIZED(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang