Tiga Puluh Satu : Segalanya Bagiku

102 8 1
                                    

Aku tidak akan membuatmu bersedih dan bahagia seorang diri, itu janjiku...

****

Bagas

" Aku tidak percaya tante akan berbuat serendah itu," ucapku kepada tante Widuri." Bagaimana tante bisa mengatakan itu semua pada om Rudi?!"

"Bagas!"

Panggil Papa dan Om Hendri berbarengan karena aku sudah menaikan nada bicara ku kepada yang lebih tua.

Aku memutar bola mataku jengah."Bagaimana aku tidak emosi, keluargaku sendiri merendahkan ku dihadapan orang lain." Aku menatap mereka satu persatu dan berakhir menatap mama yang matanya sembab akibat menangis setelah pulang dari kediaman Claudia.

" Aku tidak habis pikir, tante kenapa begitu tega kepada istriku."

"Yang terluka istriku, yang kehilangan calon bayi istriku, tapi..." Aku menatap tante Widuri yang hanya berdiam diri saja." Tapi kenapa? Kenapa tante seakan-akan menutupi itu semua."

Widuri menghela nafas kemudian membenarkan duduknya setelah mengambil minuman diatas meja." Kamu tau betul kenapa tante melakukan itu semua, Bagas." ucap Widuri dengan tenang sambil meminum minumannya.

"Kalau ini masalah aku nikah dengan Afsheen, seharusnya tante membenciku bukan istriku."

" Menikah dengan Afsheen adalah pilihanku sejak awal, dan aku sudah mengatakannya kepada tante akan hal itu. Kenapa tante harus mempermasalahkannya lagi sih, aku tidak keberatan tante melarang semua keluarga tidak hadir dalam pernikahanku waktu itu. Tetapi kali ini aku tidak bisa berdiam saja,"

Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari semua ini, hanya karena keegoisan satu orang saja, keluarga ini harus bertengkar. Keluarga yang selalu aku puja-puja akan ke harmonisannya dan ke kompakan nya.

Pagi tadi tante Widuri kembali mendatangiku dan marah-marah di rumah agar aku bersedia datang ke kediaman keluarga Utomo yaitu rumah Claudia. Tante Widuri bilang kalau aku tidak juga ikut ke rumah Claudia aku akan menyesal karena bisa dipastikan tante Widuri akan berkunjung setiap hari dan berakibat mental Afsheen kembali terganggu karena mendengar bentakan darinya.

Tetapi apa yang aku dapat setelah berkunjung ke rumah Claudia?

Tidak ada kata maaf yang aku dengar dari tante Clarissa, padahal tante Widuri berjanji aku akan mendengar dari mulut tante Clarissa kata itu, tetapi apa? Aku malah kembali mendengar hinaan yang ditunjukan untuk istriku. Bahkan Claudia tidak ada dirumah nya waktu kami datang. Bagaimana aku tidak marah ketika orang yang aku cintai tengah bersedih di rumah saat aku tinggalkan malah kini mendapatkan hinaan kembali.

Terlebih hinaan itu di katakan oleh keluargaku sendiri, keluarga yang sangat aku sayangi. Sungguh eronis.

"Aku juga bersedia keluar dari perusahaan om Hendri," ucapku dengan melihat ke arah om Hendri yang terlihat terkejut oleh ucapanku.

" Bagas kamu tidak perlu keluar dari perusahaan om, Rudi juga sudah minta maaf atas nama Claudia dan istri nya kan. Seharusnya permasalahan ini sudah selesai." Ucap Om Hendri menenangkanku. Om Hendri baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya, yang seharusnya sekarang dia sedang bersantai tetapi kini harus melihat pertengkaran antara tante dan keponakannya.

Beberapa saat lalu di Rumah Claudia

" Claudia sangat salah, tetapi dia juga tidak tahu bahwa istri kamu tengah mengandung Bagas. Jadi om harap permasalahan ini bisa diselesaikan secara ke keluargaan saja. Keluarga kita sangat dekat, om tidak ingin kita mempunyai perselisihan seperti ini. Sekali lagi atas nama keluarga om dan tentunya Claudia om minta maaf."

Afsheen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang