Lima belas : Mencintai

81 12 5
                                    

Saat aku sadar bahwa aku sudah jatuh cinta padamu, saat itu pula aku mampu untuk berkorban dengan cara mencintaimu walau kau kini masih membenciku...

-Rijal Bagas-

****

"Maaf ya mba gak bilang dari awal," Rara menundukan wajahnya sebisa mungkin untuk menampilkan wajah sedih.

Afsheen kembali menghela nafas, entah mengapa ia marah dan kecewa padahal hanya masalah sepele saja tetapi... Sudahlah." Mba kira kamu sudah izin sama mama kamu, kenapa gak jujur aja... Mba jadinya gak enak kan."

"Sekali lagi maaf ya mba," lirih Rara.

Maaf Rara bohong dan bawa-bawa mama, faktanya Rara udah izin. Tapi demi rencana berjalan lancar jadi gini deh... Batin Rara.

"Lalu bagaimana jalan-jalan kita kalau abang kamu dan teman kamu nyusul kesini?" Afsheen menatap Rara dan Alya bergantian.

"Teman aku gak ganggu kok mba, malah bagus lagi kalo ada dia kan bisa minta tolong fotokan kita, hehe."

Afsheen melirik Rara," abang aku juga gak ganggu kok mba," Rara tersenyum setelah menampilkan wajah sedihnya.

Dira merangkul pundak Afsheen," sudahlah Sheen gak papa juga mereka ikut, kan jadi rame kalo banyak orangnya," Dira melirik kearah Rara setelah melepaskan rangkulannya dipundak Afsheen," abang lo ganteng gak Ra?"

Afsheen mendengus, mulai lagi.

"Masih gantengan Rega, mba." Jawab Alya, lalu berbalik badan ketika terdengar suara sepatu bertubrukan dengan ubin lantai," Sini, ga!"

"Kenalin Ga, ini mba Afsheen dan ini mba Dira," kata Alya dengan antusias," dan mba ini Rega teman satu sekolahnya Alya."

"Cuman teman, Al?" tanya Dira dengan nada menggoda Alya.

Alya memutar bola matanya," hanya teman mba, ya kan Ga." Alya menyenggol lengan Rega meminta pembenaran.

Afsheen menyalakankan ponsel genggamnya untuk melihat sudah jam berapakah sekarang," abang kamu masih lama, Ra?"

"Bentar lagi mba, palingan masih dijalan soalnya dichat gak dibales-bales." Kata Rara mulai jengkel terlihat dari raut wajahnya yang menahna amarah." Kenapa jadi lama ya?"

"Tunggu aja, palingan bentar lagi..." Afsheen lalu merebahkan kepalanya dimeja.

"Ra abang kamu ganteng gak?" Tanya Dira kembali.

Rara terdiam lalu melirik kearah Afsheen yang sedang memejamkan matanya, Rara tersenyum." Bang Bagas jelek, pendek, gendut dan..." Rara kembali melirik Afsheen," mba Afsheen kalo nanti ada abang Rara jangan lihat senyumnya ya?"

Dira mengerutkan alisnya," kenapa... kenapa? Takut naksir, gitu?"

Rara menahan tawanya sebisa mungkin dengan menggembungkan pipinya, lalu menggelang" takutnya mba nanti muntah." setelah mengatakan itu Rara tertawa dengan keras.

Decakan kesal terdengar dari mulut Dira," lo ngerjain gue ya bocah!"

Rara kembali tertawa.

"Adiknya aja kayak lo, masa kakaknya kayak ciri-ciri cowok mesumnya Afsheen." Celetuk Dira membuat Afsheen langsung membuka matanya, astaga mimpi apa ia semalam padahal ia sudah lupa akan pria mesum tempo hari, kenapa selalu di ingatkan lagi sih?

"Cowok mesum?" Tanya Rara dan Alya berbarengan.

"Hhm, pria mesum yang udah seenaknya meluk sohib gue dipinggir pantai."

Afsheen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang