Dulu aku pernah bilang, aku akan menerima seseorang yang dapat menerimaku dan mencintaiku apa adanya meski aku belum mencintainya. Apakah sekarang waktunya?
-Afsheen-
****
Sudah enam hari Afsheen berada di pulau penuh daya tarik ini, memikirkan itu ia menjadi sedih karena besok sore ia akan kembali ke Pulau Terbesar di indonesia yaitu Pulau Kalimantan tepatnya ke Kota dengan julukan Kota Seribu Sungai Kota kelahiran nya kota tempat dimana ia dibesarkan selama dua puluh lima tahun ini. Afsheen tersenyum miris teringat sudah berapa banyak kenangan yang ia ciptakan di pulau Dewata ini. Kenangan yang sekejap seperti membalikan telapak tangan, dapat membuatnya berkaca-kaca menahan tangis sedih, juga terharu gembira.
Apalagi ia teringat moment beberapa hari lalu, ketika mereka berwisata ke tempat – tempat yang ia impikan selama ini. Salah satunya adalah GWK atau Garuda Wisnu Kencana, patung yang menjulang tinggi itu berada di bagian selatan pulau Bali. Afsheen kembali tersenyum memandang jejeran foto yang berada di galeri ponsel nya. Tak, sudut bibirnya yang tadinya melengkung membentuk senyuman manis perlahan turun ketika jari nya dengan tidak sengaja menekan salah satu gambar.
Foto dimana dua orang saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan,
Afsheen kembali teringat hari itu,
****
Semenjak Rara mengenalkan cowok mesum itu sebagai abangnya tepatnya tiga hari lalu, cowok mesum yang bernama Bagas itu selalu ikut setiap kami para wanita ingin jalan-jalan mengeksplorasi keindahan Pulau Seribu Pura ini. Jadilah empat wanita dan ditambah satu pria dewasa. Ingin hati menjadi gembira setiap kali mengunjungi tempat wisata, namun Afsheen selalu cemberut dan risih dibuatnya. Bagaimana tidak, kelakuan Bagas seperti remaja ABG yang sedang dimabuk cinta, dan seperti pria yang terkena hipnotis jurus bucin. Tidak sesuai sekali dengan perawakannya yang tinggi tegap laksana para model catwalk di luar sana.
Seperti dua hari lalu waktu kami mengunjungi GWK atau Garuda Wisnu Kencana menaiki mobil Fourtuner yang dikemudiakan oleh Bagas. Awalnya kami hendak mengendarai motor matic seperti hari sebelumnya, namun cuaca Bali yang sedang labil menjadi hambatannya, sesekali mendung lalu panas, kemudian hujan sebentar lalu kembali berhenti terjadi entah berapa kali dalam satu hari. Pikiran untuk menunda jalan-jalannya ke hari berikutnya tentu saja ada, namun duo remaja langsung menampilkan wajah cemberutnya. Ditambah dengan satu wanita dewasa yang berlaga masih SMA, Dira namanya.
"Ayok lah Sheen, kan kita bisa naik mobil jadinya gak akan sakit karena kehujanan." Mohon Dira dengan muka memelasnya.
"Besok aja ya, Dir." Afsheen berjalan kearah jendela yang terbuka, menampilkan wajah pantai yang berkabut akibat derasnya hujan juga pasir pantai yang tergerus ombak besar.
"Ah lo mah gak asik,..." Dira menatap kearah dua remaja wanita yang sedang asik dengan benda pipih ditangannya, Dira memutar bola matanya," lo berdua kok diam aja sih."
Mata Rara beralih dari hp lalu menatap Afsheen yang kini sudah berjalan hendak keluar kamar, langsung saja Rara turun dari kasur dan secepat kilat menghampiri Afsheen.
"Eh mba Afsheen mau kemana?"
Afsheen mengerutkan keningnya,"mba mau ke kebawah dulu, kamu?"
Rara terdiam dengan menundukan kepalanya," mmm, m-mba?"
"Hmm, iya... kenapa, Ra?"
"Kita jadikan jalan-jalannya?" Tanya Rara kali ini dengan tatapan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afsheen ✓
Literatura FemininaAfsheen, Found You Adalah cerita kedua yang aku tulis... *** Ketika mengetahui orang yang kamu cintai dan juga menjadi cinta pertama bagimu mengakhiri masa lajangnya, apa yang akan kamu lakukan? Menghalangi pernikahannya? Menyendiri di kamar lalu m...