Dua Puluh Lima : Medusa

66 10 3
                                    

Kalau kau ingin mengetahui kepribadian orang yang kau suka, maka ikutilah dia saat berkumpul dengan temannya. Di sana kau akan mendapatkan jawabannya...?

****

"Bibir kamu udah cantik kok tanpa polesan lipstik."

Afsheen tidak mendengarkan kata-kata Bagas, dia masih sibuk membuka-buka tas mengeluarkan barang-barang di dalam tas, mungkin saja benda mungil itu terselip diantara banyaknya sampah struk atm dan belanja yang ia kumpulkan selama ini. Afsheen membongkar semua isi tasnya dengan menumpahkan semua isi di atas pahanya yang memakai rok panjang. Kenapa juga dia tadi memakai tas ini, tas yang ia gunakan untuk menyimpan struk sebagai salah satu hobby nya yang aneh.

"Tidak ada?" Tanya Bagas ketika melirik Afsheen yang menghela napas dan terdiam. Bagas memelankan laju mobilnya," mau ke mini market dulu beli benda itu?"

Afsheen masih terdiam dengan mata yang berkaca-kaca, padahal seingatnya sudah dia masukan di dalam tas. Kenapa sekarang tidak ada, kemana lipstiknya.

"Sayang?" Panggil Bagas, dengan menyentuh lengan Afsheen.

Afsheen menyentak kan tangan Bagas hingga terlepas.

"Kamu juga, kenapa harus cium-cium aku segala sih tadi." Afsheen mengambil cermin kecil yang selalu dia bawa kemana-mana." Kan jadinya lipstik ku hilang, mana lipstik yang aku bawa gak ada lagi."

Dengan pelan Bagas menepikan mobilnya, setelah itu menyampingkan duduknya untuk menatap Afsheen yang sekarang tengah emosi dikarena benda mungil yang disebut lipstik itu.

"Maaf, sayang. Tapi aku gak tahan liat bibir kamu yang begitu menggoda." Kata Bagas dengan nyengir.

Afsheen memutar bola matanya."Kamu harus tau, lipstik sangat penting bagi perempuan terutama aku. Bagiku tidak apa-apa kalau tidak memakai riasan wajah, yang penting harus pakai lipstik. Lipstik itu wajib." Aku menyandarkan punggungku disandaran mobil," rasanya aku ingin berdiam diri dirumah saja."

" Mau mampir ke mini market dulu, kita beli yang baru?" Bujuk Bagas lagi.

" Tidak ada di mini market, itu adalah hadiah dari Risa untuk ulang tahunku tahun lalu."

Aku kembali mamandang wajahku lewat cermin lalu pandanganku jatuh ke bibir ku yang tidak memakai apa-apa. Pucat, nampak tidak ada kehidupan diwajahku, mempunyai muka yang tidak terlalu putih dan bibir yang berwarna merah muda pudar. Sungguh, aku ingin menenggelamkan mukaku dibantal. Kenapa lipstik yang selama ini selalu aku bawa harus hilang di waktu yang tidak tepat sih, di waktu aku akan bertemu dengan teman-teman Bagas.

Teman Bagas, yang tidak aku kenal dan nantinya Bagas akan memperkenalkan diriku sebagai istrinya. Apa Bagas tidak malu jalan denganku yang terlihat burik ini. Karena aku yakin, tidak aku saja wanita yang ada di sana. Teman Bagas pasti akan membawa pacarnya, dan mungkin saja nanti ada teman perempuan Bagas juga. Aku sekali lagi memandang ke cermin lalu beralih menatap Bagas yang rupanya dari tadi memperhatikanku.

Aku menggigit bibirku," apa kamu tidak keberatan jalan denganku seperti ini? Kamu tidak malu?" Tanyaku dengan menundukan wajahku. Kalian tahu pasti, ketika ingin bertemu teman-teman dari suami. Pastilah kita ingin terlihat sempurna, tidak ingin membuat suami malu dihadapan para temannya. Apalagi Bagas, yang mempunyai wajah rupawan," aku takut teman-teman kamu akan bilang, kamu salah pilih istri."

"Afsheen!"

Deg!

Deg!

Deg!

Selama tiga bulan pernikahan ini, ketika Bagas sudah mulai memanggilku dengan nama lengkapku, saat itu artinya dia sedang marah.

"Maaf, aku hanya tidak ingin membuatmu malu." Jelasku dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Afsheen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang