Dua belas : Pengorbanan dan Doa

96 13 6
                                    

Aku tidak tahu kapan saat semua yang aku doakan terwujud, namun aku percaya pengorbananku tidak akan sia-sia termasuk penantian ini...

****

"Hachim..."

"Ha...Ha ...Hachim, duh hidungku gatel, udah minum obat kok gak sembuh-sembuh juga sih." Langkah kakinya mendekat kearah sofa lalu duduk, kemudian mengambil gelas yang sudah berisi air putih hangat." Itu benar obat flu yang lo kasih ke gue, mba?"

"Ets jangan dipegang, nanti anak gue ketularan flu juga..." Rena memindahkan Ramona yang sedari tadi bermain di dekat sofa sekaligus membalas tatapan tajam dari Bagas, Bagas mendengus kesal kemudian merebahkan kepalanya dibantal sofa." Makanya Jal, kalo gak kuat kena hujan jangan sok-sokan berdiri dibawah hujan kayak aktor drama korea aja lo, sok romantis berujung tragis ginikan."

"Demi Cinta mba," sempat saja Bagas tersenyum ditatap tajam oleh Rena, Rena hanya menghela nafas... Dia acungkan dua jempol untuk trik menggaet wanita ala sepupunya ini, luar binasa." Ada obat lagi gak mba, gue harus sembuh nih... nanti siang gue mau balik,"

"Sabar napa Jal, obat itu butuh proses bekerja dulu dalam tubuh lo gak bisa langsung sembuh waktu lo minum, anak esde aja tau."

"Mana gue peduli, gue kan udah lama gak minum obat," Bagas memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri ditambah ia kembali memikirkan kejadian pagi tadi disaat ia menunggu Afsheen dipinggir pantai, ia sudah menunggu lebih dari satu jam bahkan ketika hujan lebat pun ia tetap menunggu dibangku kemarin... Bagas baru tau ngebucin berefek seperti ini," jam berapa sekarang mba?"

"Jam 11 siang, kenapa?"

Bagas memejamkan matanya," bangunin gue ya bila udah jam 12, gue terbang jam 1 soalnya."

"Kamu lagi sakit Bagas, nanti aja ngurus proyeknya, Eyang udah kasih tau Hendri bahwa kamu lagi sakit biar proyeknya diurus Ardi aja, gak papakan Ar?"

Ardi mengacungkan jempolnya, dan langsung diberi plototan tajam oleh Amalia 'gak sopan kamu' Ardi buru-buru duduk disebelah Bagas yang sedang berbaring," Tenang aja Gas ada gue," lalu Ardi mendekat kearah Bagas," lo disini aja usahain pedekate lagi sama si cewek itu." Ardi mengedipkan matanya.

Ini baru sepupu gue, "lo tau juga arti balas budi," kekeh Bagas.

Dasar lo, cibir Ardi...

"Bisa sakit juga kamu, gas?" Kata Hirawan menggoda Bagas.

Bagas menegakan badanya, kemudian mengambil bantal sofa lalu ditaruh dibelakangnya." Bagas hanya manusia biasa, om."

"Kayak judul lagu," canda Hirawan sembari memperhatikan anaknya – Vino - yang sedang bermain dengan Ramona dan Ramon." Cerita dong sama om, siapa nama wanita yang kemarin?"

"Namanya Afsheen,"

Hirawan menatap keponakannya itu," Afsheen?"

"Om kenal?"

Hirawan menggelang," gak, hanya Afsheen?"

"Iya, namanya hanya Afsheen."

Lalu Hirawan ber-Oh," gimana kemajuannya, om dengar kamu nembak dia kemarin?"

Helaan nafas keluar dari hidung dan mulutnya," dia gak datang om padahal saya udah nungguin satu jam lebih, malah hujan-hujanan lagi jadinya gini deh kena flu...Hachim,"

Hirawan terkekeh," itu tidak seberapa dibandingkan dengan om, om bahkan dua puluh kali atau lebih ya ditolak sama tante kamu... Hujan-hujanan biasa gas, om pernah juga ngalamin gitu, kena semprot calon mertua pas ngapelin tante kamu, dapat amukan tente kamu waktu lagi pms," Hirawan membayangkan kejadian dulu," om dulu nungguin tante kamu lebih dari dua jam dikampus buat bareng pulangnya, eh ternyata tente kamu udah pulang duluan sama temannya, parahnya cowok lagi double sakitnya gas, tapi kalo kita udah cinta ya jangan pantang menyerah, laki-laki tuh yang diingat oleh wanita perjuangannya tapi jangan juga pas udah berjuang dan dapatin hatinya lalu ditinggal begitu aja."

Afsheen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang