Akan ada saatnya semua logika dan teorimu musnah, yaitu ketika kau jatuh cinta.
****
"Get away from my wife, dude!"
Mata Afsheen terbuka ketika mendengar suara pria lain, suara yang pernah ia dengar sebelumnya namun ia tidak ingat. Matanya buram, tidak dapat dengan jelas melihat siapakah pria yang sudah menolongnya itu tetapi bisa ia tebak pria penolongnya ini tinggi.
"Oh, i'm sorry." Kata Pria bule itu.
"Get away! Before i hit you!" ancam pria itu.
Bagas sudah bersiap hendak melayangkan sebuah pukulan kalau saja pria yang tidak diketahui namanya itu tidak pergi dari hadapannya. Kemarahannya tidak pernah melampaui batas seperti sekarang ini, ia akan bersikap tenang apalagi untuk seseorang yang tidak ia kenali atau baru saja ia kenali. Tetapi emosinya seketika meningkat ketika menyadari wanita yang sedang mengobrol berduaan saja dengan pria bule itu adalah wanita yang ia temui di tepi pantai beberapa jam lalu kini sedang ketakutan. Instingnya sebagai seorang pria yang ingin melindungi wanita langsung muncul. Dengan cepat ia berjalan ke arah pria bule tersebut.
Dengan tenang Bagas berjongkok mensejajarkan tingginya dengan wanita yang belum ia ketahui namanya ini. Setiap pergerakan yang dilakukan wanita itu ia perhatikan, dengan perlahan wanita itu bangkit dari jongkoknya.
"Terimakasih". Kata wanita itu dengan pelan, namun masih mampu untuk di dengar Bagas.
"Sama-sama." Balas Bagas.
Wanita itu mengatur nafasnya untuk waktu yang lama, hingga menimbulkan keheningan di antara mereka berdua. Deru nafas wanita itu bagaikan alunan melodi merdu ketika masuk ke telinga Bagas. Mengapa bisa seperti ini? Ada apa dengan telinganya. Bahkan dengan memperhatikan wajah wanita yang duduk disampingnya ini membuat hatinya damai seketika itu juga, setelah emosi yang membara.
Mantra apa yang kau berikan padaku?
Bagas tersentak ketika dengan tiba-tiba wanita itu berdiri dari tempat duduknya, hatinya merasa kehilangan.
"Kau mau kemana?." Dengan lancang untuk kedua kalinya, Bagas tanpa izin memegang pergelangan tangan wanita itu namun hanya beberapa detik lalu dihempaskan wanita itu. Rupanya wanita tersebut masih trauma, itu yang dapat ia simpulkan.
"Terimakasih, aku mau pulang." Kata wanita itu, dan hendak kembali berjalan.
Namun,
"Apakah kau sudah lupa denganku Nona?." Bagas berdiri menghadap wanita itu.
Mata mereka bertemu,
Afsheen mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengenali siapakah yang berdiri setengah meter dihadapannya ini. Efek menangis membuat matanya tidak begitu jelas melihat, dengan perlahan matanya mulai mengenali wajah siapa yang menatapnya dengan intens. Kening Afsheen mengkerut, lalu kembali ia mengerjapkan matanya untuk memastikan bahwa penglihatannya benar.
Afsheen tidak tahu saja, perbuatannya yang sedang mengerjapkan mata itu berefek lebih pada Bagas terutama pada jantungnya. Bagas terpesona jantungnya berdebar setiap kali ia melihat wanita itu mengerjapkan matanya dengan perlahan, apakah dia tergoda dengan tidak sengaja? Dia tidak mengira dengan melihat wanita mengerjapkan mata bisa membuat hatinya senang padahal ia sungguh muak setiap kali melihat wanita lain berlagak imut dan lucu, tetapi melihat wanita ini melakukannya tepat dihadapan Bagas. Bagas ingin selalu melihatnya setiap hari.
"Lo pria mesum itu!" Teriak Afsheen dan memundurkan badannya selangkah berbarengan dengan spontan menyilangkan tangannya didada.
Lamunan Bagas buyar akibat teriakan Afsheen yang keras hingga memekikan telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afsheen ✓
Literatura FemininaAfsheen, Found You Adalah cerita kedua yang aku tulis... *** Ketika mengetahui orang yang kamu cintai dan juga menjadi cinta pertama bagimu mengakhiri masa lajangnya, apa yang akan kamu lakukan? Menghalangi pernikahannya? Menyendiri di kamar lalu m...