Delapan : Rencana Dua Gadis Remaja

96 16 7
                                    

Kata mereka sih gue mata-matanya Mama...

****

Suara langkah kaki dari arah tangga menggema dipenjuru ruangan bawah, pijakan kaki ditangga yang berbahan kayu menambah kegaduhan, gadis remaja itu tidak memikirkan lagi apakah akibat olahnya ini akan mengganggu penghuni rumah lain, karena ini sudah masuk jam 3 malam semua orang sudah tertidur lelap dikamar mereka masing-masing. Rara dengan berlari membuka pintu utama. Hal yang pertama kali dilihatnya sebuah mobil Fortuner terparkir didepan halaman rumah sang nenek. Lampu mobil telah dimatikan, kemudian sang pengemudi keluar. Rara menyeringai, dengan langkah pasti ia menghampiri sang pengemudi.

Bagas menaikan alisnya ketika melihat sang adik dengan santai berjalan kearahnya, ada apa?

Bagas tetap berjalan ketika Rara sudah melewatinya, bisa ia rasakan Rara berbalik kemudian mengikutinya berjalan tepat disampingnya dengan menampilkan senyuman merekah. Pasti ada sesuatu mengapa adiknya ini mengikutinya dengan intens seperti ini. Sebelum kaki Bagas menaiki tangga teras, ia terdiam lalu menghadap Rara.

Rara sudah tersenyum, senyum menggoda.

"Ada apa?"

"Rara mau nanya, apa abang tau siapa nama wanita yang diresturan tadi?" To the point, dari semua sifat menyebalkan adiknya alhamdulilah ada satu sifat yang Bagas sukai.

Bagas menghentikan langkahnya, dahinya mengkerut." Kenapa kamu mau tau, apa mama nyuruh kamu mata-matain abang?" Bagas menatap adiknya itu dengan intens kembali.

"Enggak kok! Rara cuman mau tau aja, siapa bang?"

Tentu saja Bagas tidak akan mengatakan nama Afsheen kepada adik satu-satunya ini, ia tahu sekali sifat adiknya dan ia juga tidak akan tertipu dengan wajah polos penuh tipu muslihat itu. Astaga, Bagas bahkan berpikiran buruk kepadanya. Bagaimana tidak berpikiran buruk, selama ia berpacaran sudah lima kali ia gagal untuk mendekati wanita akibat adiknya ini. Dan untuk yang satu ini ia tidak mau hal serupa terjadi lagi, Bagas kembali menatap Rara lalu mendekatkan dirinya ke telinga sang adik.

" Secret! "

Bagas tertawa kemudian kembali melangkahkan kakinya meninggalkan adiknya yang berdiri mematung. Siulan Bagas terdengar hingga ketelinga Rara yang kini tengah menyeringai dengan kedua belah tanganya bersedekap didada...Hingga abangnya hendak memasuki rumah barulah ia bersuara cukup keras.

" A, namanya berawal dari huruf A kan, bang?"

Rara menahan tawanya melihat Bagas berbalik sangat cepat, kena kau. Rara menaikan alisnya ketika bertatapan dengan mata Bagas yang menatapanya dari jauh dengan pandangan tajam untuk mencari kebohongan, Bagas memerintahkan Rara untuk mendekat kepadanya dengan menggerakan telunjuknya didepan wajahnya. Kini adik dan kakak itu saling berhadapan, saling tatap dengan aura yang mematikan.

"Coba kamu ulangi lagi, Ra?" Perintah Bagas.

"Nama cewek yang bang Bagas peluk juga yang nendang abang diresturan itu berawal dari huruf..." Rara dengan sengaja memperlambat kata demi kata yang ia ucapkan agar membuat abangnya ini kesal, dan benar saja Bagas sudah memutar bula matanya jengah, " Mau Rara lanjutin gak bang?"

Dengan santai Rara mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas apa jawabannya, Bagas menatap Rara semakin tajam dari pada sebelumnya." Hehe, mangap bangkyuuu ntenggg...Namanya berawal dari huruf A"

Rara menaik turunkan alisnya menggoda sang Abang." Bener kan?"

Bagas mendengus lalu menggeleng-gelengkan kepalanya," kamu harus berusaha lagi ya adekku yang gemesss lucunya mengalahkan selena gomezz tapi boong." Tidak ada yang lebih menyenangan dari menggoda adiknya, Bagas mengatakan itu barusan sambil mencubit pelan pipi serta mengacak-acak rambut Rara.

Afsheen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang