Terdengar mainstream memang, tapi ada kalanya kebahagiaan tidak melulu soal uang dan harta yang berlimpah. Contohnya dengan memiliki seseorang yang kau sayangi lalu dia tersenyum dengan tulus kepadamu. Percayalah, itu sudah mampu membuatmu bahagia...
-Mayang-
****
"Kapan Bagas menikahnya?" Tanya Erlina. Memakai baju terusan panjang berwarna marron dengan lengan seperempat, dan rambut pendek sebahu. Sungguh, dia terlihat sangat muda. Apalagi bibirnya yang dipoles lipstik berwarna merah muda dengan kulit seputih susu. Sangat menawan.
Apakah itu hasil dari perawatan ataukah bawaan dari lahir? Sungguh Afsheen terpesona, dia melirik semua teman-teman mertuanya, diusia mereka yang terbilang sudah tidak muda lagi mereka masih kelihatan muda, masih memiliki bentuk badan yang ideal. Apa ini yang dinamakan uang mampu membeli semuanya, termasuk kecantikan dan bentuk tubuh.
The power of money.
Sedikit rasa minder dirasakan Afsheen, ikut berkumpul dengan emak-emak sosialita ini. Bahkan sebutan emak-emak sepertinya tidak pantas untuk mereka. Nyonya, itu adalah sebutan yang pantas untuk mereka. Atau tante? Afsheen menggelengkan kepalanya pelan.
Lamunan Afsheen terhenti ketika Mayang menyentuh tangannya.
"Sekitar satu bulan, ya kan sayang?" Jawab Mayang. Dengan kembali menanyakan kepada Afsheen, untuk memastikan.
Afsheen seperti biasa tersenyum, lalu mengangguk." Iya, ma." Hanya itu saja." Aku ke dapur bentar ya ma bantu bibi nyiapin minum dan makanan ringan." Pamit Afsheen pada Mayang dan juga kepada para teman arisan mertuanya itu.
"Menantu kamu anak dari keluarga mana, Jeng?" Tanya Ayudia sepeninggal Afsheen ke dapur. Wanita dengan wajah perpaduan antara Jawa dan China. Memiliki kulit putih pucat." Aku gak pernah lihat dia dikalangan teman-teman anakku."
"Bukan dari keluarga seperti kita, Jeng." Jawab Mayang dengan tersenyum, bertepatan itu juga Afsheen membawakan nampan berisi gelas dan dibelakangnya diikuti dua orang pembantu membawa water jug dan toples kaca yang berisi makanan ringan sebagai pembuka.
"Aku suka suasana rumah barumu ini, Mayang. Apa ini hasil dingin tangan putramu, Bagas?" Dari semua teman arisan Mayang, hanya wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai dokter kecantikan dan istri salah satu pemilik rumah sakit terbesar di Surabaya ini yang sedari tadi tidak memegang ponsel ditangannya waktu ada orang yang berbicara. Namanya Tiara Dwi Pangestu.
Mayang menggelengkan kepalanya, ia lalu mengambil cangkir yang sudah berisi jus kemudian meminumnya sebelum kembali berbicara." Bukan, tapi mas Hendri. Namun Bagas yang mendesain area taman dan kolam renangnya."
Tiara mangut-mangut," Bagas lelaki yang luar biasa, sudah ganteng, lulusan dari universitas bergengsi dan mapan dia juga memiiki latar belakang keluarga yang bagus." Tiara menggoyangkan gelas yang berisi air lalu memandang ke arah Afsheen, bertepatan dengan itu juga mata mereka bertemu." Sayang sekali hubungan Sherly dan Bagas cepat berakhir, padahal Bagas adalah menantu idaman keluarga kami."
"Terimakasih sudah mengatakan hal-hal yang baik untuk putraku." Mayang tersenyum lebar," aku yakin pasti Sherly akan mendapatkan pria yang lebih baik dari Bagas. Dia tidak hanya cantik dan baik, dia juga pintar."
"Tentu dia cantik, siapa dulu ibu dan ayahnya." Tiara tersenyum puas, dengan menaikan dagunya. Kembali Tiara menatap Afsheen dengan tatapan remeh, Afsheen mulai tidak nyaman atas pembicaraan ini.
"Apa kalian teman satu kampus?" Tanya Tiara.
Afsheen menggeleng," bukan tan, saya dan Bagas bertemu di Bali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afsheen ✓
ChickLitAfsheen, Found You Adalah cerita kedua yang aku tulis... *** Ketika mengetahui orang yang kamu cintai dan juga menjadi cinta pertama bagimu mengakhiri masa lajangnya, apa yang akan kamu lakukan? Menghalangi pernikahannya? Menyendiri di kamar lalu m...