Hey ini cerita pertamaku diwattpad, aku butuh komen dari kalian tentang ceritaku hhe
Ditunggu ya makasih
Enjoy it
Andra POV
Aku melihat Bella sedang menangis disudut perpustakaan dengan wajahnya yang memerah. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Yang aku tahu Akhir - akhir ini wajahnya selalu tampak muram.
Jantungku rasanya sakit seperti ditikam pisau hanya memikirkan alasan kenapa Bella sering menangis.
Aku masih diam ditempat. Mengamati Bella, tentu saja dengan menjaga jarak. Aku tidak mau jika Bella sadar dengan kehadiranku yang hanya dua meja darinya.
Pernah suatu saat didalam pikiranku untuk menghampirinya dengan memberikan sapu tangan milikku untuk menghapus air matanya yang terjatuh itu.
Bahkan yang paling liar adalah mendatanginya, lalu mengusap air bening itu dengan pangkal tanganku.
Ah semua itu hanya imajinasiku. Mana mungkin aku berani melakukan semuanya. Hanya untuk menyapanya saja aku tidak pernah berani.
Aku tidak menyukai bagian diriku yang ini. Yang terlalu penakut untuk mendatangi dia hanya untuk berkenalan.
Pernah suatu ketika aku memberanikan diri untuk menegurnya. Tapi sial ketika aku sudah berada didekatnya, nyaliku menguap seperti air.
"Damn!" Aku mengutuki diriku -yang sialnya membuat Bella menyadari kehadiranku yang berada didekatnya.
Bella melihat kearahku selama beberapa detik. Menghapus air mata yang mengalir kemudian dia meninggalkan ruangan dan aku yang hanya diam membeku.
Seperti orang bodoh, aku hanya bisa diam tak bersuara melihat punggung Bella perlahan menghilang ditelan pintu.
"Bodoh"gumamku,"Kenapa aku harus berteriak seperti itu?"
Aku mengacak rambutku membuat style rambut britishku yang kutata tadi pagi selama hampir satu jam berantakan seperti benang kusut. Aku frustasi. Aku mengutuk diriku sendiri. Betapa bodohnya aku.
***CAN I SAY I LOVE YOU***
Aku masuk kelas dengan rambut acak acakan. Bergerak menuju bangku kedua paling kanan. Duduk diam.
Tidak menggubris kegaduhan kelas karena guru matematika tidak jadi memberikan quiz dadakan karena dia harus pergi melihat istrinya melahirkan anak keduanya.
"Biar kutebak apa yang mengganggu pikiranmu," Nathan muncul seperti jin dalam botol. Dia memincingkan matanyabpadaku.
Aku memutar bola mataku malasbdan memilih untuk tidak menggubrisnya karena aku masih sibuk dengan mengutuki diriku sendiri.
"Apa ada hubungannya dengan Bella?" Alis Nathan naik sebelah. Aku akan menjawab pertanyaannya kemudian menutup mulutku kembali ketika Nathan berteriak tentang bagaimana bisa rambutku acak - acakan seperti diterpa badai.
Aku hanya tertawa datar ketika Nathan menyelesaikan kalimatnya. Memilih menyibukan diri dengan buku bacaan.
"Kau luar biasa, membaca buku dengan terbalik."
Sial. Yang dikatakan Nathan benar. Aku membalikan bukuku dan berpura - pura membaca. Mengabaikan Nathan yang kini menopang dagu. Dia melihatiku.
"Kenapa kau tidak memberitahu dia bahwa ada penggemar rahasia yang telah menyimpan rahasia begitu lamaaaaaaaa." Kata Nathan membuatku tidak fokus dengan buku bacaanku.
Aku menurunkan bukuku untuk melihat Nathan yang mengedipkan satu matanya pada Sandra yang baru saja lewat dari meja kamu.
Aku nyaris muntah ketika Nathan membenarkan poninya dan tersenyum miring padaku. Dibalik senyumnya itu, aku tahu jika Nathan sedang mengejekku didalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say Love you
General FictionAndra : Cerdas, pintar, selalu menjadi juara kelas dari kelas satu sampai sekarang, selalu menjadi mahluk transpan dimanapun dia berada, anti sosial, selalu kena bulli disekolah. Tapi semua berubah ketika dia berguru pada sahabatnya Nathan untuk men...