Part 3

6.2K 385 38
                                    

Salam penulis, moga kalian suka part ini
Jangan lupa votenya

Andra POV

"Ting tong Ting"

Akhirnya bel berbunyi. Menandakan kegiatan belajar dan mengajar telah usai. Pak Baruno memberikan setumpuk tugas makalah untuk diselesaikan.

"Makalah ini kalian kumpulkan minggu depan atau kalian akan mendapatkan nilai merah di raport kalian."Ucapnya membuat seisi kelas menjadi histeris.

"Tapi minggu ini aku sangat sibuk dengan perlombaan cheers "Komentar Cindy.

"Aku ada tanding basket dan karate diakhir pekan pak."Tambah Nathan tidak mau kalah.

"Tidak ada pengecualian."Katanya membuat seisi kelas menjadi hening. Aku bisa melihat rahang bapak botak ini mengeras.

"Tapi,"Pak Baruno mengangkat satu alisnya.

"Oow. Pertanda buruk,"batinku.

Aku melihat Nathan dan Cindy menahan nafasnya.

"Aku akan memberikan keringanan jika kalian ingin mendapatkan nilai merah." Seulas senyum licik terukir diwajah Pak Baruno. Kemudian sibotak berjalan melewati pintu.

Suasana kelas menjadi gaduh setelahnya. Aku bisa mendengar cacian dari anak - anak lainnya. Cindy yang paling brutal. Dia berteriak sambil melotot seperti simanis jembatan Ancol. Sementara Nathan menatapku dengan tatapan memelas.

"Apa?" Kataku galak.

"Kau pasti mengerti maksudku?" Nathan melipat kedua tangannya dan mulai memelas dengan matanya yang berkilat.

"Tidak,"kataku bohong.

Aku tahu tatapan itu. Tatapan yang selalu ia tampakan jika dia mendapatkan tugas. Kalian tahu apa selanjutnya, dia akan memintaku untuk mengerjakan tugasnya.

Aku memutar bola mataku,"Pleasee,"Ucapnya.

Sudah kuduga. Aku tidak akan termakan omongannya lagi. Jadi aku memilih berjalan keluar kelas dan menghiraukan Nathan yang berjalan mengikutiku.

"Dra!!"

Aku menghiraukannya.

"Dra,"

Kini aku bisa merasakan nadanya yang dibuat selembut mungkin. Aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadap Nathan yang memasang tatapan memelasnya yang menjijikan.

"Aku akan mentraktirmu nonton siang ini."

"Aku tidak bisa disogok!"

"Aku tambah dengan pop corn"

Aku diam. Kemudian mengerutkan dahiku.

"Oke,"Teriaknya frustasi,"aku tambah minumannya juga."Komentar Nathan pada akhirnya yang membuatku mengulas senyum penuh kemenangan.

Nathan selalu tahu bagaimana cara membujukku.

***Can I Say I Love You***

Kami, maksudku aku dan Nathan berjalan kegerbang dengan berlari. Karena kami sudah terlambat karena harus membantu Ibu Jumiati mengangkat meja - meja bantuan dari pemerintah.

Aku mengutuki diriku sendiri dan sedikit mengutuki Bu Jumiati. Kenapa harus disaat ini dia meminta bantuan. Dan kenapa harus kami yang membantu, kan masih banyak anak - anak lain yang berlalu lalang didepan matanya.

Aku berhenti mengutuki diriku ketika aku sadar aku sudah berada digerbang sekolah. Disana aku bertemu dengan Bella dan Echa yang duduk dibawah pohon tempat Randy dan kedua cecunguk biasanya mangkal.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang