Baru sadar kalo saya udah lama ga update
Maafkan saya yang sibuk didunia nyata haha
Sebagai maaf saya ,saya update dua part sekaligus wkwk
***Can I Say I Love You***
Andra POV
Aku sudah sampai disekolah pagi - pagi sekali, karena aku mempunyai tugas piket dipagi ini. Aku rela melewatkan sarapan demi menjadi murid baik yang tidak telat untuk mengerjakan tugas piket.
Well beginilah aku.
Langkah kakiku terhenti ketika mendapati beberapa anak perempuan sedang memegang beberapa alat kebersihan seperti sapu dan kemoceng.
Astaga sejak kapan dunia berubah? Sejak kapan ada anak selain aku dihari rabu pagi untuk mengerjakan piket kelas. Apa matahari terbit dibarat pagi tadi.
"Woah, Andra kau sudah datang." Dinda berjalan menghampiriku. Hari ini dia membiarkan rambut panjangnya tergerai dan dia menggunakan lipstick berwarna merah muda.
"Sejak kapan kau datang untuk mengerjakan piket?" kataku yang membuatnya kini tertawa seperti kuntilanak.
"dan," Pandanganku tertuju pada Kanya yang sedang sibuk menghapus whiteboard dengan kedua earphone yang menempel ditelinganya.
"Pagi ini bukan jadwalnya."
Dinda menghentikan tawa kuntilanaknya,"dia bilang dia hanya ingin membantuku."
Astaga, aku bisa melihat manik matanya mengkilat, membuatku ngeri.
"Hey, Andra!"teriak Kanya seperti orang kesurupan yang kini menatapku dengan binar matanya yang mengkilat sama seperti yang dilakukan temannya. Dia melepas earphonenya dan memasukannya kesaku rok mininya.
"Sejak kapan kau datang?"katanya yang kemudian dia berlari menghampiriku. Tanpa persetujuanku dia mengambil tas ransel yang menggantung dipunggungku.
"Apa yang kau lakukan?"kataku yang membuatnya tersenyum mirip Cindy.
Please jangan terseyum seperti itu,kau terlihat menjijikan seperti Cindy."Itu bagianku." Dinda merebut ransel yang dipegang Kanya.
"Tidak! Ini bagianku." Kanya berteriak, tidak mau kalah.
Jadi pada akhirnya mereka berdua malah memperebutkan ranselku, bukannya membantu mengelap meja guru atau menyapu lantai.
Betapa luar biasanya mereka.
Aku hanya bisa menatap dalam diam, sedikit ngeri, ketika Kanya dan Dinda salinh menarik ransel seperti lomba tarik tambang tujuh belasan.
Kepalaku pusing, karena terlalu lama menahan nafas pada saat mereka menarik dari dua sisi.
Aku lebih menyukai sikap mereka yang acuh padaku, atau melihatku jijik setiap mata mereka bertemu langsung dengan manik hitamku.
Bukan seperti ini, dimana mereka bersikap kecentilan -yang membuat isi perutku penuh. Bahkan yang lebih gila adalah ketika mereka dengan sengaja menggoyangkan pinggulnya ketika mengelap meja seperti adegan film porno yang malah membuatku mual.Melihat Kanya dan Dinda, sekarang aku tahu bagaimana risihnya Nathan menghadapi Cindy yang perilakunya mungkin lebih liar.
Im sorry Nathan, aku baru bisa merasakan bagaimana hidupmu yang tidak menyenangkan karena ada perempuan yang benar - benar menggilaimu seperti Cindy.
By the way, dimana Nathan? biasanya dia datang pagi dan membantuku jika hari rabu pagi.
Tapi sekarang aku tidak melihat batang hidungnya. Apa dia sakit? Atau dia...
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say Love you
Ficção GeralAndra : Cerdas, pintar, selalu menjadi juara kelas dari kelas satu sampai sekarang, selalu menjadi mahluk transpan dimanapun dia berada, anti sosial, selalu kena bulli disekolah. Tapi semua berubah ketika dia berguru pada sahabatnya Nathan untuk men...