Part 15

2.8K 214 11
                                    

Andra POV

Pada minggu pagi aku sudah dikejutkan dengan Sandra yang berbicara tentang seorang perempuan yang menungguiku diteras rumah. Dia bilang perempuannya lumayan manis dan dia akan cocok jika disandingkan denganku.

Aku mengerutkan dahiku tak percaya,"Apa kau membohongiku sekarang?"Tanyaku pada Sandra yang kini menggigit roti selai yang ia pegang.

Mata Sandra membulat menakutkan,"Kau tidak percaya padaku?"Sandra memutar matanya, dia sekarang mengerikan.

"Tidak." kataku cepat, ngeri. Sandra menatapku dengan tatapan hantu.

Apa kalian pernah menonton film hantu Suzana ketika bertemu bang bokir? Seperti itulah ekpresi Sandra. Menakutkan, bukan?

"Baiklah aku percaya. Hentikan tatapan mengerikanmu itu!" Sandra mendegus, melemparkan sendal hello kittynya kedahiku. Aku meringis, mengusap dahiku yang malang. Sandra memang mengerikan.

"Sweetie! Ada temanmu dibawah." Mom berteriak daribawah, dahiku mengerut. Sandra tidak berbohong.

"Siapa yang datang?"tanyaku pada Sandra yang kini memutar bola matanya malas.

"Lihat saja sendiri." Jawabnya ketus. Sandra berjalan keluar kamar dan membanting pintu kamarku keras.

Ada apa dengan Sandra? Apa dia sedang datang bulan?

"Sweetie!!!"Mom berteriak, lagi.

"I-iya..." aku berlari melewati anak tangga menuju pintu rumah.

Aku menganga tak percaya ketika aku menemukan Echa tersenyum lebar sekali, memperlihatkan deretan giginya yang putih.

Dia mengenakan T-shirt berwarna kuning seperti jeruk sunkish dipadukan dengan celana training hitam dan sepatu kats berwarna kuning. Dan tentu saja dengan rambutnya yang masih dikuncir ekor kuda.

Apa dia tidak bosan berpakaian seperti itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" Mataku memincing curiga.

Echa hanya tersenyum lemah dengan sambutanku yang terkesan menyebalkan.

"A-aku hanya t-tidak sengaja lewat ketika lari pagi." Dia terbata, matannya bergerak, menatap langit-langit teras rumah.

"Lalu?" aku melipat kedua tanganku.

"Aku sedang lari pagi, tidak sengaja lewat depan rumahmu. Kemudian aku berpikir, bagaimana jika aku mengajakmu lari pagi. Menyebalkan jika hanya berlari sendirian. Jadi aku kesini ingin mengajakmu untuk menemaniku untuk lari pagi."

"Echa datang kerumahku untuk mengajakku lari pagi."Teriakku, dalam hati. Aku tidak cukup gila untuk berteriak dihadapnnya yang mungkin akan dihadiahi bogem mentah darinya.

"J-jadi apa kau mau ikut," Echa menatapku. Matanya menyipit,  membuatku bergidik ngeri.

Echa, please dont stare at me like that!

"Entahlah, aku..."

"Dia akan ikut denganmu!" Sandra muncul seperti hantu, bergabung dan ikut dalam pembicaraan kami.

Astaga sejak kapan Sandra bisa menghilangkan hawa keberadaanya dariku. Dan yang lebih penting, lagi, Hey kenapa dia ikut campur urusanku!

"Dia adik yang payah dalam olahraga, jadi aku senang jika kau,"Sandra kini menjentikan jarinya pada Echa yang tersipu malu,"mengajaknya untuk kencan disetiap akhir minggu." Sandra menyeringai.

"Ini tidak lazim,"batinku.

Benar saja, beberapa detik setelah aku curiga, Sandra dengan ekpresi polosnya mendorongku. Membuat tubuhku condong kedepan dan memeluk Echa.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang