Part 6

4.1K 310 24
                                    

Ini gambar Andra yang diperankan Jirayu, menurutku dia cocok jadi Andra :D

Hey. Jangan lupa buat Vote ya sebelum baca. Dan tinggalkan respon kalian

Nathan POV

Diaz berteriak histeris seperti perempuan ketika aku masuk ruang UKS. Wajar saja dia berteriak seperti itu, toh aku masuk dengan wajah memar dimana - mana dengan seragam putihku yang kini kotor karena menyentuh tanah beberapa kali.

Bukannya dia membantuku mengobati memarku dia malah menyerangku dengan pertanyaan membabi buta.

"Apa yang kaulakukan? Kenapa bajumu kotor seperti babi yang bermain dilumpur dan Astaga kau memar." Dia berbicara tanpa jeda, "Apa kau habis berkelahi? Dengan siapa? Kenapa kau tidak mengajaku, kau bilang kau sahabatku. Astaga siapa yang berani menghajar wajah tampanmu tanpa ampun."

"Hei!"teriakku. Diaz akhirnya diamsementara dahinya bertautan. "Jadi siapa yang kau hajar?"

Aku memutar bola mataku."Kau dokter atau wartawan."Komentarku kesal. Diaz hanya terkekeh

"Jadi?"

Astaga dia benar - benar membuat kepalaku pusing. Aku menatapnya dengan tatapan menyuruhnya untuk diam.

"Baiklah, aku akan berhenti bertanya." Ucapnya yang kini  terdengar melegakan. Aku bersumpah untuk melayangkan tinjuku pada wajahnya jika dia benar - benar tidak berhenti untuk bertanya.

Pada akhirnya Diaz membantuku membersihkan luka memar diwajahku.

Aku hanya bisa berteriak,"Aw" ketika Diaz sengaja menyentuhkan kapas yang telah dicelupkan dalam alkohol kesudut bibirku dengan menekannya tanpa ampun.

"Berhentilah berkelahi jika kau kalah hanya dengan kapas basah!" Aku hanya menghela nafas. Percuma aku meladeni Diaz, dia  orang yang tahu bagaimana cara memperlakukanku. Bahkan yang menyebalkan dia tahu bagaiman cara membuatku tidak berkutik.

Diaz tidak berhenti mengoceh. Dia seperti ibu - ibu sosialita yang sedang arisan.

Astaga aku muak kali ini mendengar bagaiman cara Diaz menyerangku dengan pertanyaannya yang tidak pernah habis. Membuat kepalaku sakit. Sampai akhirnya aku menggebrak meja. Membuat vas bunga penuh dengan Lili putih jatuh dan menumpahkan isinya.

Diaz memelototkan matanya .

"Sorry." kataku datar.

Diaz melipat tangannya. Sementara aslinya naik sebelah. Diaz luar biasa menjengkelkan dengan mode seperti sekarang.

"Hei, aku kesal karena kau tidak berhenti mengoceh."

Diaz hanya diam dan memandangku dengan posisis yang sama. Satu alisnya yang mengangkat sempurna.

Astaga aku ingin membenturkan kepalanya pada tembok sekarang.

"Nathanael!!" Teriak Seseorang muncul dibalik pintu dan memunculkan rambut pirang panjangnya. Aku tahu suara siapa itu, jadi dengan cepat aku bergerak kebelakang lemari. Aku menyembunyikan tubuhku.

Dua orang temannya, Dinda dan Kanya muncul setelahnya. Dinda memiliki postur tubuh lebih tinggi dibandingkan Kanya dan Cindy. Dia memiliki wajah indo. Dia bilang dia campuran Jerman dan betawi dan aku sama sekali tidak perduli.

Sementara Kanya memiliki tubuh yang sama dengan Cindy, rambutnya berwarna hitam dengan kacamata yang menggantung dihidungnya dan sebuah tahi lalat diatas bibirnya."

Astaga mahluk aneh lainnya muncul lagi.

"Teman Nathanael?"Tanya Diaz ramah.

Cindy mengangguk mantap. Aku bisa melihatnya dari celah lemari."Ya,dimana dia?" Matanya menyapu seluruh isi ruangan.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang