Budayakan vote sebelum baca :D
Andra POV
Pagi - pagi sekali aku sudah dikagetkan oleh beberapa murid yang sudah memadati mading sekolah. Mereka semua seperti kumpulan semut yang sedang mengerubungi gula. Persis seperti itu.
Sebenarnya aku penasaran dengan apa yang membuat mereka melakukan hal gila sepagi ini.
Apa ada pengumuman penting? Atau ulah seseorang yang menempelkan wajah salah satu siswa nerd.
Kalo iya, apakah wajahku yang terpampang disana?
Jika iya, akan aku kupastikan dia masuk UKS.
Aku berjalan gontai melewati mading sekolah tanpa terbesit dipikiranku tentang apa yang mereka ributkan.
"Andra!" panggil seseorang membuat langkahku berhenti. Aku membalikan tubuhku dan menemukan kepala Echa meuncul dibalik para siswa.
Echa tersenyum sangat lebar sampai deretan gigi putihnya kini terlihat menyilaukan mataku, Dia berjalan mendekatiku.
"Apa kau akan ikut tampil dipentas seni?"
Owh, jadi mereka semua sedang melihat pengumuman tentang pentas seni.
Hal yang tidak menarik bagiku. Karena sejak aku masuk SMA sampai sekarang, aku tidak pernah menyukai acara tahunan yang hanya menontonkan seseorang yang akan menunjukan bakat suaranya -yang bisa kutebak dia tidak akan lebih baik dibandingkan artis ibukota.
"Apa kau akan ikut?" Kini Echa menatapku dengan mata berbinarnya.
Aku memutar mataku malas. "Tidak. Aku tidak tertarik sama sekali. "Aku bisa melihat sorot mata kekecewaan dari Echa. Tapi dia hanya diam dan tidak berkomentar.
Akhir - akhir ini aku merasa ada yang salah tentang Echa. Sekarang dia berhenti memanggilku Nerd dan lebih sering memanggilku Andra.
Diluar keanehan itu semua, aku lebih menyukainya memanggilku dengan nama, bukan panggilan anak-anak yang selalu membuat wajahku memanas.
Tidak hanya itu. Echa sekarang sering berkata manis dan tidak pernah menaikan nadanya saat berbicara denganku. Atau dia akan mengalah jika aku dan dia mempunyai pendapat berbeda. Dan lebih mengejutkan lagi, dia kini terlihat lebih feminim.
Feminim.
"Apa kau akan ikut?"
Aku melihat dia kini mengadahkan wajahnya padaku. Aku bisa melihat sorot matanya, berbinar. Membuatku geli.
"Tentu saja aku ingin ikut tahun ini, tapi..." Echa kini menundukan kepalanya.
Tunggu, bukankah Echa adalah salah satu siswa yang tidak menyukai pentas seni, tapi bagaimana mungkin dia...
Aku menggeleng lemah, seharusnya aku senang jika Echa sekarang tidak membenci acara tahunan sekolah lagi.
"Tapi, kenapa?" Kataku dibuat sedatar mungkin, aku tidak ingin jika Echa menilaiku sok peduli padanya.
"Ehm, aku tidak bisa menyanyi atau bermain alat musik." Katanya yang membuatku tersedak air ludahku sendiri.
Bagaimana mungkin Echa ingin ikut sebuah pentas seni, jika dia tidak punya keahlian yang akan ditampilkan disana.
Aku bisa melihat sorot matanya yang terlihat sedih.
Aku buruk dalam hal menghibur orang yang sedih.
"Kenapa kau tidak meminta Bella mengajarkanmu, bukankah dia -pintar bermain alat musik?" Aku menahan nafas ketika mengatakannya. Aku takut salah berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say Love you
Ficción GeneralAndra : Cerdas, pintar, selalu menjadi juara kelas dari kelas satu sampai sekarang, selalu menjadi mahluk transpan dimanapun dia berada, anti sosial, selalu kena bulli disekolah. Tapi semua berubah ketika dia berguru pada sahabatnya Nathan untuk men...