Part 20

2.7K 172 9
                                    

Hello semuanya, sorry nih aku baru sempet lanjutin lagi

Skripsi begitu menguras otak saya, semoga kalian tidak benci pada author yang masih newbie ini

Jangan Lupa Vote dan Komennya, thanks :D

Enjoy it

***Can I Say I Love You***

Echa POV

Sudah satu jam ketika Andra masuk keruang UGD. Tapi tidak ada tanda – tanda jika ruang UGD itu akan terbuka.

Nathan sibuk berjalan mondar mandir didepan pintu UGD dengan rahangnya yang mengeras. Dia selalu menyisir rambutnya kasar dengan jari jarinya.

Dibangku depanku ada Bella yang masih menangis sambil menatap kedua telapak tangannya yang berwarna merah yang sudah mengering. Sementara Diaz dari tadi hanya menekuk kepalanya. Menatap lantai.

Sementara aku, terlalu shock dengan kejadian yang benar-benar aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Aku begitu mengutuki diriku sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa ketika ada seseorang dengan jaket berwarna hitam, menyerobot kebarisan depan dan menancapkan benda berkilat.

Kejadian itu terjadi hanya dalam hitungan detik. Dan betapa bodohnya aku tidak meperingatkan Andra.

Aku memang bodoh. Benar-benar bodoh.

Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika hal buruk menimpa Andra. Atau Andra...

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Aku tidak boleh memikirkan hal yang negatif. Aku harus positif thinking. Aku harus berpikir jika Andra akan baik- baik saja.

Tidak. Dia harus baik-baik saja!

"Andra!!!" Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik muncul dibalik lorong rumah sakit diikuti lelaki dan perempuan jangkung dengan rambutnya yang sengaja diurai.

"Tante," Nathan menghampiri ibunya Andra kemudian memeluknya. Aku bisa melihat bahu Nathan yang bergetar. Sementara aku bisa melihat air bening jatuh mengalir dipipinya.

Ini adalah kali pertama aku melihat siidola sekolah menumpahkan air beningnya. Nathan yang aku tahu adalah anak yang kuat. Tapi, kejadian yang menimpa Andra berhasil membuat seseorang seperti dia menangis.

"Bagaimana keadaan anak om," Lelaki paruh baya yang kurasa ayahnya Andra menatap Nathan yang kini telah melonggarkan pelukannya pada Tante Mira.

"Aku tidak tahu om," Jawab Nathan serak.

Setelah itu aku melihat kaki tante Mira bergetar sebelum akhirnya jatuh jika saja Om Warhana tidak menahannya. "Anak kita akan baik-baik saja," Om Wardhana memeluk istrinya erat.

"Maafkan aku om, aku tidak bisa menjaga Andra."
Om Wardhana menggelengkan kepalnya lemah."Ini bukan salahmu nak, tidak akan ada yang bisa menebak suatu musibah. Ini sudah suratan takdir." Ucap Om Wardhana, berusaha tegar, tapi aku bisa melihat sorot mata sedih dari matanya. Dan entah mengapa aku hanya bisa meneguk ludah.

" Mom, Dad. Andra pasti baik-baik saja." Kata Sandra menatap kedua orang tuanya sebelum akhirnya dia melingkarkan tangan pada keduanya.

***Can I Say I Love You***

Akhirnya pintu berwarna putih terbuka dan beberapa orang muncul setelahnya. Aku bisa melihat beberapa orang dengan pakaian berwarna hijau yang kurasa mereka adalah tim dokter yang menangani Andra.

Keluarga Andra berlari menghampiri mereka.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?"

Satu dari mereka membuka maskernya. Memperlihatkan wajahnya yang sudah tidak muda lagi.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang