Part terpanjang yang pernah aku bikin dan semoga kalian suka.Andra POV
Aku merasakan hal aneh yang menjalar diwajahku. Aku merasakan wajahku memanas sampai membuatku memerah seperti tomat. Wajahku memerah bukan karena marah, tapi karena malu dengan kata - kataku sendiri. Malu dengan apa yang dulu pernah aku ucapkan.
Dan rasanya aku merasakan ada hal yang tidak beres didalam dadaku ketika kenangan itu kembali muncul kepermukaan. Ternyata Nathan dari dulu selalu melindungiku. Dia selalu ada pada saat aku membutuhkannya. Selalu ada pada saat orang lain tidak ada untukku.
Dan, astaga betapa bodohnya aku tidak mengingat kejadian dimana aku pertama kali bertemu dengannya. Dan yang lebih buruk dari itu semua adalah aku memberikan kartu padanya, dimana aku akan mengabulkan satu permintaannya seperti jin dalam lampu ajaib.
Aku meneguk ludahku dengan susah payah ketika pikiranku mulai menerawang ke-hal yang tidak masuk diakal.
Seperti, bagaimana jika Nathan memintaku menikah dengannya, karena dulu sekali, akulah yang memintanya untuk menikah denganku.
Ah, tidak mungkin. Mana mungkin Nathan meminta hal yang seperti itu. Lagipula ini Indonesia. Bukan Amerika atau Jerman yang mensahkan pernikahan sesama jenis.
Tapi bukankah keluarga Nathan ada di Jerman, dan itu berarti dia benar - benar akan memintaku menikah dengannya disana.
Astaga, aku harus bagaimana sekarang?
"Hello," Aku melihat tangan Nathan bergerak didepan mataku. Dia melihatiku dengan alis tebalnya yang bertautan.
"Apa yang kau pikirkan? Apa kau sudah mengingat tentang kartuku?"
Apa? Kartu? Jangan bilang dia akan memintaku untuk menikah dengannya. Aku tidak mau. Pertama karena aku bukan penyuka sesama jenis. Kedua, Nathan adalah sahabatku. Dan aku punya pantangan untuk tidak menjalin hubungan dengan sahabat baik.
Tapi, Bella kan sahabatku juga.
Itu pengecualian untuk dirinya, karena aku bersahabat dengan dia hanya untuk membuat hubunganku dengannya lebih dekat. Jadi Bella dan Nathan berbeda.
" Back to earth!" Nathan kembali membuka suara membuat mataku mengerjap. " Apa kau baik - baik saja?" Nathan menyentuhkan punggung tangannya pada keningku. Membuat sesuatu didalam dadaku bertingkah aneh.
"Apa yang kau lakukan!" aku menjauhkan tangannya dari keningku. Ini bukan karena aku membencinya melakukan itu. Tapi hanya untuk membuat sesuatu didalam dadaku diam.
"Kau tidak panas. Berarti kau tidak sedang sakit. Tapi kenapa tingkahmu aneh. Tadi kau menangis. Lalu marah - marah dan sekarang kau..." Nathan menyipitkan matanya. "Bertingkah seperti perempuan yang sedang bertemu dengan pacarnya."
Sial. Nathan menggodaku.
"Jadi apa yang membuatmu tampak aneh, apa sekarang kau menganggapku sebagai pacarmu?" Alisnya yang tebal kini naik turun. Nathan tampak seperti Nathan yang dulu. Menyebalkan.
"You wish!"
Senyum Nathan luntur."Kenapa kau membentakku,"Nathan merubah nada suaranya sesedih mungkin -yang entah mengapa membuatku tampak seperti pemain Antagonis.
"Aku tidak membentakmu. Aku..." Nathan memasang wajah puppy andalannya -yang entah mengapa membuat kata - kataku tertahan ditenggorokan.
Nathan mendekatkan wajahnya padaku, sehingga sekarang aku bisa melihat matanya yang besar -dengan ekspresi puppynya.
"Owh lihat sekarang wajahmu memerah seperti kepiting rebus." Katanya yang membuatku salah tingkah -sehingga berakhir dengan tanganku yang bergerak refleks mendorong tubuh Nathan kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Say Love you
Narrativa generaleAndra : Cerdas, pintar, selalu menjadi juara kelas dari kelas satu sampai sekarang, selalu menjadi mahluk transpan dimanapun dia berada, anti sosial, selalu kena bulli disekolah. Tapi semua berubah ketika dia berguru pada sahabatnya Nathan untuk men...