Part 22

2.2K 205 19
                                    

Author POV

Andra duduk lemas bersender pada kepala ranjang rumah sakit. Dia menggengam sebuah buku bacaan yang tebalnya bukan main. Kemudian dia mendesah dan membantingnya kekasur.

" Aku bosan," Dia menghela napas.

Dia memperbaiki posisi kacamataya yang miring, kemudian meraih buku tadi yang ia lempar dan meletakannya dinakas. Menjatuhkan kakinya kelantai yang dingin dan berjalan perlahan menuju jendela karena harus menahan nyeri yang masih terasa dibagian perutnya.

Andra menyibakan gorden berwarna jingga dan merasakan cahaya hangat yang menyilaukan matanya.

Diluar terlihat matahari sudah meninggi dan ini artinya sekarang sudah siang.

Andra melirik kearah Jam dinding. "Sudah hampir jam 12 siang," gumamnya.

Andra memutar bola matanya,"Kenapa aku tidak diperbolehkan untuk pulang, padahal ini sudah lebih dari dua minggu". Andra menjatuhkan dirinya pada single sofa merah.

"Hentikan!" terdengar suara samar dari balik ruang pintu.

Andra mengerutkan dahinya, walaupun suaranya terdengar samar. Tapi Andra yakin jika mereka bertengkar tepat dibalik pintu ruangannya.

Andra menaikan satu alisnya,"Siapa yang bertengkar didepan kamarku, Lagipula ini rumah sakit."jedanya, "Apa yang sebenarnya yang dilakukan-"

"Braaak"

Tiba – tiba pintu kamar Andra terbanting membuat Andra terlonjak. Nathan muncul bersamaan dengan Cindy yang mengikuti dibelakangnya. Rahang Nathan terlihat mengeras sementara wajahnya terlihat marah dan tangannya menggengam erat tangan Cindy.

Tunggu!. Sejak kapan mereka -Nathan mau menggenggam tangan Cindy. Membuatku curiga saja.

"Lepaskan aku Nathan!"bentak Cindy yang sukses membuatku terperangah.

"Tidak!"

Andra menatap dua orang temannya dengan ekpresi bingung sebelum akhirnya dia membuka suara," A-ada apa sebenarnya?, kenapa kalian datang berdua seperti ini." tunjuk Andra pada Nathan dan Cindy bergantian.

"Lepaskan aku!" Kini Cindy berteriak. Urat-uratnya menyembul dibalik lehernya yang mulus.

"Tidak, sebelum kau meminta maaf pada Andra!" Kali ini Nathan yang berteriak.

"Minta maaf...," Andra bangkit dari duduknya,"Apa maksudnya Nat?" Andra menatap Nathan dengan tatapan 'Cepat jelaskan apa yang terjadi'.

"Cepat jelaskan dan minta maaf padanya sekarang!" Kali ini Nathan melepaskan tangan Cindy dengan kasar tanpa memperdulikan aku yang kini memelototinya.

Pandanganku jatuh pada pergelangan tangan Cindy. Terlihat bekas merah pada pergelangan tangan Cindy dan ini menandakan betapa kerasnya genggaman Nathan.

Andra menghela napas berat,"kenapa kau harus meminta maaf padaku, memangnya apa yang kau lakukan padaku?"Andra menatap Cindy. "Aku meminta penjelasan darimu Cindy." Suara Andra kini melemah ketika melihat air bening jatuh dari sudut mata Cindy.

"M-maafkan aku, aku yang telah menyuruh Randy menikammu dipentas seni." ucap Cindy parau.

+++

Andra POV

"Maafkan aku, aku yang telah menyuruh Randy menikammu dipentas seni"

Kata – kata itu seakan bedengung ditelingaku. Aku berusaha mencerna apa yang baru saja Cindy katakan. Bagaimana mungkin Cindy, –siswi perempuan populer mencelakaiku yang hanya seorang nerd.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang