Part 8

3K 265 14
                                    

Jangan lupa Votenya ya readers

Enjoy it

Bella POV

"Aku memang lemah. Aku tidak berani memukul Randy setiap kali dia meminta jatah uang jajanku atau mengungkapkan perasaanku pada Bella selama ini, aku selalu menjadi stalker baginya." Kata Andra yang membuatku membeku.

Aku hanya diam beberapa detik berusaha mencerna apa yang baru saja aku dengar. "Mengungkapkan perasaanku pada Bella selama ini." Kata - kata itu seakan terngiang ngiang ditelingaku.

Aku menatap Andra yang kini melihat Cindy dengan marah. Aku bisa melihat wajahnya tidak bersahabat seperti biasa. Merah dengan matanya yang tajam.

Aku melihat mata Echa yang bulat semakin bulat. Aku tahu dia sama terkejutnya sepertiku, Diaz, atau bahkan Cindy yang kali ini tersenyum hambar.

Aku berusaha menangkap ekpresi Andra, tapi tak berhasil karena dia sudah berbalik memunggungiku.

Tapi aku bisa mendengar kata katanya tadi benar - benar tulus. Sepenuh hati. Aku benar - benar merasa bersalah padanya, karena aku tidak peka terhadapnya.

Mataku tak lepas dari punggung Andra yang kemudian dia terjatuh karena menabrak pelayan -yang membawakan menu pesanan kami. Menumpahkan isinya pada rambut dan bajunya bahkan kuahnya mengena wajahnya. Aku berdiri spontan berusaha menghampirinya, sebelum akhirnya Nathan mendahuluiku.

Aku menyumpal mulutku dengan tangan berusaha untuk tidak berteriak ketika Andra mendorong tubuh Nathan sampai membuat punggungnya menyentuh meja kami. Apa dia semarah itu? Aku baru melihatnya bersikap seperti ini.

Sekilas aku bisa melihat air bening yang mulai berjatuhan. Aku hanya bisa diam tak bersuara sementara tanganku seperti menahan kata - kata yang akan keluar. Aku khawatir.

"Jangan pernah membantuku lagi!" Aku bisa mendengarnya berteriak. Kini tatapanku beralih pada Diaz yang membantu Nathan untuk bangkit. Sementara Cindy hanya diam dengan ekspresi tak bersalahnya sedikitpun. Membuatku ikut jengkel padanya.

Echa menatap Cindy tajam, seakan ingin menelannya hidup - hidup.

Punggung Andra menghilang dibalik pintu kaca café. Nathan dan Diaz berulang kali memanggilnya. Tapi seperti orang yang tuli Andra mengacuhkan mereka.

Kemudian aku melihat Echa berlari mengejar Andra. Disusul Nathan, Diaz dan meninggalkan aku dan Cindy yang masih duduk sambil meneguk air tehnya.

Aku menatapnya tajam. Aku benar - benar tidak menyukai perempuan ini.
"Kenapa?" Tanyanya setelah ia menghabiskan isi cangkirnya.

Astaga dia bertanya kenapa setelah kejadian luar biasa yang disulut olehnya.

Entah mengapa wajahku menjadi panas. Mungkin aku marah, entahlah. Dan rasanya ingin menjambak rambutnya yang seperti mie itu.

"Kau puas!" kataku pada Cindy yang memasang wajah menyebalkannya. Kemudian aku menyusul mereka dan keluar. Menghiraukan pelayan yang terus meminta maaf .

***Can I Say I Love You***

Andra POV

Aku melangkahkan kakiku menembus hujan. Aku benar - benar seperti orang gila kali ini. Menyebrang pada saat lampu hijau. Diteriakki salah satu pengendara motor yang hampir menabrakku. Bahkan aku hampir jatuh keselokan karena mataku berkabut.

Aku berlari menembus hujan yang semakin menggila. Melewati beberapa pejalan kaki yang mulai berteduh dipinggiran toko atau yang berusaha menembus hujan sepertiku. Sampai akhirnya aku tidak sadar kakiku berhenti disebuah taman bermain.

Can I Say  Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang