Hi!
Happy reading:)Ketiadaan Tari di sekolah hari ini, itu karena ia punya janji dengan keluarga almarhumah Joan untuk membicarakan soal kematian Joan yang janggal.
Flashback on
Terduduk di kediaman almarhumah sahabatnya terasa sangat berat, mengingat terakhir kali ia ke sini matanya di hadapkan kepergian Joan untuk selamanya.
"Ibu dan keluarga sudah tau pelaku pembunuhan Joan," ungkap Ibu hingga membuat Tari seperti tersambar petir di siang bolong.
"Kenapa Ibu diem aja? Harusnya pelaku segera ditangkap. Nggak bisa dong dibiarin berkeliaran di luar sana." Tari menatap lekat Ibu di hadapannya tak mengerti.
"Ibu nggak bisa ... nggak mudah buat Ibu setelah apa yang keluarga mereka kasih selama ini." Ibu mulai terisak.
Tari menggeleng saat menyadari bahwa Ibu mengenal baik keluarga pelaku. Walau begitu, apa ini tindakan wajar hingga sang Ibu dengan mudah melepaskan pelaku?
"Ibu tau pelaku dari mana? Dari hasil autopsi?" Tari berusaha mengabaikan tindakan aneh keluarga Joan, ia kembali ke awal tujuan untuk mengetahui siapa pelakunya.
"Bukan." Ibu menunjukkan kertas hasil autopsi. Tari melihat dengan seksama, lalu menggeleng karena hasilnya tak ditemukan sidik jari pelaku, namun tertulis penyebabnya karena pelaku mencekik leher Joan dengan benda semacam pita atau tali name tag. Pantas saja ia melihat bekas goresan di leher Joan saat hari kematian.
Lelah dengan semua ini, Tari mengusap wajahnya kasar. "Siapa pelakunya, Bu?"
Ibu bangkit dari duduknya, lalu masuk ke kamar seperti menghindari pertanyaannya. Tak lama Ibu keluar dengan benda di tangannya.
Sebuah name tag Ibu berikan padanya. Ia paham maksud Ibu. Name tag tersebutlah yang digunakan pelaku untuk membunuh Joan. Dilihatnya foto dan nama pemilik yang sontak membuatnya lagi-lagi terkejut bak tersambar petir mengetahui pelaku.
Flashback off
*****
Masih di kediaman Teo. Malam ini usai membaca artikel penangkapan Regan, Tari tak tahu harus berbuat apa, padahal ada yang mau ia sampaikan soal pelaku pembunuhan Joan.
"Teo! Sekarang gimana? Sidang tinggal dua hari lagi terus Regan ditangkap! Lo jangan makan mulu lah!" kesal Tari melihat Teo dengan santainya menyantap makanan.
Karena sudah kenal lama dan cukup dekat, keduanya tak sungkan saling panggil 'gue-elo' daripada 'saya-kamu'.
"Jangan salah, Maemun! Gue belum makan dari pagi gara-gara Regan minta cari dua orang ini." Teo memperlihatkan rekaman cctv yang berhasil ia retas dari salah satu gudang penyimpanan tak jauh dari apartemen.
Sayangnya hasil rekamannya low quality, jadi hasil seadanya, namun balik lagi karena itulah rekaman masih tersimpan hampir dua bulan. Untungnya dari empat kamera yang ada, dua diantaranya mati hingga memungkinkan dua lainnya menyimpan rekaman lebih lama sebelum terhapus.
Keduanya tengah menonton hasil rekaman. "Mereka berdua yang pake hoodie merah? Coklat? Ijo tua? Eh tapi, bukannya Regan bilang hitam?" tanya bingung Tari karena warna di rekaman tak begitu jelas.
"Mereka pake hoodie bolak-balik? Who knows? Lagian cuma ini yang gue dapet."
*****
Pasrah dan berserah diri pada kenyataan? Sayangnya itu tidak berlaku pada Regan. Walau wajahnya nampak pasrah ditinggal sendiri selama berjam-jam, nyatanya ia tengah memutar otak agar bisa keluar dari sini secara baik-baik karena ia tidak lagi diculik.
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Lies ✓ [TERBIT]
Mystère / Thriller[COMPLETED] ________________________ - the mission behind the lie, and guess who's telling the truth! Mari memasuki dunia Victory High School, dimana mereka yang diistimewakan menutup banyak kebohongan. Dari yang masih dibatas wajar sampai yang kura...