4. Black Clothes

1K 463 656
                                    

Hai!
vote & komen itu gratis
Happy reading:)

Hari kematian Disha

Esoknya, berita kematian Disha tersebar. Di sekolah maupun media massa membuat semua siswa berduka atas kepergiannya.

Tari dan Joan yang paling disibukkan di sini, rumah duka. Keduanya menjadi wali lantaran tak ada orang tua, apalagi kerabat yang menyemayamkan sejak dilepas begitu saja oleh orang tua angkatnya.

Friendshits gang yang diketuai oleh jamet profesional, Dhito orangnya datang ke rumah duka.

Terduduk di ruang tunggu usai menyalami Tari dan Joan, keempatnya sibuk dengan obrolan dan pikiran masing-masing. "Gue bener-bener nggak nyangka," ungkap Elin.

"Gue emang nggak deket sama Disha, tapi kalau dia pergi dengan cara dibunuh, sakit hati gue. Disha orang baik, kuat juga walau ditinggal orang tua angkatnya ke luar negeri. Gue juga belum yakin soal Kak Zian penyebabnya, tapi selagi belum ada kejelasan, mau nggak mau gue percaya, dan mungkin gue bakal cari tau semuanya." Ghifa mengungkapkan perasaannya yang terbiasa dipendam.

"Same to you. Tapi gue denger sebelum kasus ini, Disha ada hubungan sama om-om," bisik Dhito usai memastikan tak ada orang lain yang dengar.

"Lo jangan ngomong sembarangan!" Elin menoyor kepala lelaki di sampingnya.

Dhito mengusap kepalanya. "Gue serius, mungkin itu salah satu alasan pelaku," jelasnya agak berbisik.

Sempat hening. Tak ada yang berkomentar. "Coba jelasin sejelas-jelasnya," pinta Ghifa sembari memajukan dirinya.

"Menurut gue, karena Disha ada hubungan sama om-om mungkin anak atau istrinya tau kalau suami yang juga bapaknya ada hubungan sama gadis SMA. Terus anak atau istrinya den-" Belum sempat Dhito menyelesaikan kalimatnya Karel yang sedari tadi diam memotong, "Bisa pada diem nggak sih? Ini masih di rumah duka. Tega lo pada?"

Ghifa menggeleng sekilas. "It's oke. Lanjutin."

Mengangguk, Dhito hendak melanjutkan, namun disela Karel yang langsung meraih tangan Ghifa dan membawa gadis itu pergi dengan paksa. Sedangkan dua lainnya hanya bisa saling pandang. "Gue nggak nerima alasan apapun!"

"Rel, gue harus denger opini Dhito. Gue perlu buk--" Karel lagi-lagi menyela. "Apapun alasannya, ngomongin hal buruk tentang orang lain itu nggak baik, apalagi orangnya udah nggak ada."

*****

H-3 persidangan

Regan mengunjungi Zian di kantor polisi untuk memberi tahu kematian Disha.

"Gimana keadaan Disha?" kalimat pertama yang Zian lontarkan pada Regan.

Regan sedikit menarik nafas, "Disha udah nggak ada."

Zian menggebrak meja, "APA MAKSUDNYA?" teriaknya.

Berusaha tenang. Regan memulai dengan pembawaannya yang santai. "Disha nggak tertolong, kondisinya memburuk. Dia kehilangan banyak darah."

Lolos air matanya. Zian kembali duduk, lalu mengusap kasar wajahnya. "Nggak! Nggak mungkin!" Gelengan kepala tak percaya. "Nggak mungkin, ini bohong,kan?" Entah peduli atau takut akan hukuman, dan menyesal akan perbuatan. Regan yang melihat belum dapat jawaban.

School of Lies ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang