23. False Rumors

415 191 430
                                    

Hi!
Happy reading:)

Suasana di sekolah pagi ini tengah heboh karena foto Ghifa dan seorang laki-laki di gudang kemarin terposting anonim di 'portal jahat' yang hanya bisa diakses siswa Victory High School. Pasalnya, ini bukan foto biasa karena posisi keduanya terlihat tak wajar saat dijepret dari angle yang menyamping.

Siapapun yang melihat tanpa tahu kejadian sebenarnya pasti berpikiran negatif soal posisi keduanya dimana laki-laki tersebut terlihat tengah memeluk Ghifa dari belakang dan kepalanya bersandar di bahu kanan Ghifa.

Benar saja, hal ini menjadi bahan gosip terbaru bagi seluruh siswa yang mencemooh Ghifa tanpa tahu kejadian sebenarnya. Bahkan saat Ghifa tengah berjalan di koridor menuju kelas pun para siswa tak segan-segan melemparkan kata-kata yang tak pantas.

"Pinter doang, pacaran gelap-gelapan di gudang."

"Keliatannya doang polos, tapi kelakuannya di belakang bikin jijik."

"Nggak tau malu banget berani dateng ke sekolah pasang muka sok polos."

"Jaga mulut lo semua! Pada sok suci, sama rumor nggak jelas gini aja percaya!" kesal Karel yang telinganya terasa panas karena para siswa mencemooh Ghifa tak henti-henti, padahal yang dicemooh hanya memasang wajah datar tak peduli.

Keduanya sudah berada dalam kelas, namun beberapa siswa tak henti-hentinya mencemooh Ghifa yang sudah jelas mendengar semuanya. "Bangsat! Kesabaran gue udah abis sama lo pada! Pada goblok apa gimana sih? Sama berita nggak jelas aja pada percaya, seolah-olah tau dan liat langsung kejadiannya," murka Karel yang sudah muak mendengar ocehan terhadap Ghifa.

Mendadak seluruh penghuni kelas terdiam. "Kalau gitu jelasin dong kejadian sebenernya kayak gimana?" Via yang berbicara.

Karel menundukkan dirinya, lalu berbisik pada Ghifa yang terduduk dengan wajah datarnya. "Lo harus jelasin biar semuanya diem dan nggak nuduh lo yang nggak-nggak."

"Males ... buang-buang energi," timpalnya.

"Semua dengerkan? Berarti ini bukan sekedar gosip," ucap lantang Via dan sontak diangguki yang lain.

"Ghifa, ayolah jelasin, gue nggak terima lo diginiin dari tadi," bujuk Karel.

"Nggak peduli." Sifat cueknya memang sudah mendarah daging hingga ia kebal terhadap cemoohan semua orang, toh itu tidak benar.

Namun, bukan hanya itu, ia enggan menjelaskan karena pikirannya sedang dipenuhi soal kasus kecelakaan yang menewaskan bundanya lima tahun lalu karena ternyata ada yang ditutup-tutupi dari keluarganya. Belum lagi ini ada sangkut pautnya dengan meninggalnya ibu Angga yang mungkin pelakunya.

Disaat seperti ini juga pikirannya harus terbebani dengan kasus Zian yang belum menemukan titik terang.

Tak lama Dhito dan Elin datang dengan wajah bertanya-tanya. "Ghifa, lo pacaran sama siapa di gudang?" tanya refleks Dhito.

"Setan! Gue bilang nggak usah nanya apapun!" kesal Elin. Padahal tadi ia sudah memperingatkan Dhito berulang-ulang agar tak bertanya apapun pada Ghifa.

To be honest, Elin juga penasaran soal kejadian sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Lagipula ia sudah bisa menebak kejadian sebenarnya yang pasti ada kaitannya dengan kening Ghifa yang benjol.

"Nya maap atuh, poho aing téh." Dhito melirik Ghifa tidak enak, apalagi yang dilirik tengah memasang wajah datar bercampur lesu.

School of Lies ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang