Hi!
Happy reading:)Buyar pikirannya. Entahlah, pertanyaan singkat dari Angga yang menjerumus ke tuduhan ini seketika membuatnya terdiam tak dapat berkutik.
Malika masih ditatap lekat oleh Angga yang menunggu jawaban. Tatapan Angga semakin tajam, namun ia masih tak bersuara, hingga tanpa sadar mimik wajahnya seolah memberi sinyal bahwa ia sungguh tak tahu apa yang dimaksud.
Disisi lain juga ia tengah memikirkan jawaban apa yang tepat. Dari sekian banyak kalimat yang ada di benaknya, inilah yang ia pilih. "Apaan sih lo?! Lo salah liat! Mata lo siwer kali." Hanya itu.
Sedetik kemudian ia menepis tangan Angga yang menghalanginya dan segera meninggalkan Angga yang memasang wajah kesal.
"HEH! NGELAK MULU LO, KEDELAI!"
*****
Dari gerbang depan, seorang pria berseragam service AC dengan kacamata hitam yang sedikit nyentrik berjalan membawa serta peralatan di kedua tangannya.
Ia berjalan nampak tenang sembari dipertontonkan beberapa siswa yang melintas. Lantaran tak tahu di mana ruangan yang ia tuju, ia pun bertanya pada Dhito yang baru saja selesai latihan basket sembari menunggu jam masuk.
"Permisi, ruang BK di mana, ya?" tanyanya sembari melepas kacamata dan memperlihatkan wajahnya kalau ia adalah Teo.
Padahal, tak jauh dari sana ada Ergan yang melambai-lambai sembari tersenyum ke arahnya, namun hilang senyum itu saat ia membuka kacamata tersebut. "Si koplak! Disuruh nyamar malah buka jati diri sendiri."
Dhito yang merasa terpanggil menoleh, lalu menyeka keringat di wajahnya sebelum menjawab yang sontak membuat beberapa siswi teriak heboh. "BUSET! DAMAGE NYA NGGAK MAEN-MAEN!" teriak salah satu siswi.
"BIASALAH SI BULE CAKEPNYA NGGAK ADA OTAK!" sahut siswi lain.
Mendengar teriakkan tentang dirinya, Dhito menoleh ke sumber suara sembari mengangkat satu tangannya dan melambai seolah-olah ia menjadi pusat perhatian banyak orang seperti aktor yang sedang berjalan di red carpet.
"Ruang BK ada di barisan bangunan G." Dengan ramah jempolnya menunjuk ke arah ruang BK yang ada di belakangnya.
"Nah, itu tuh, yang ada om-om mirip bapak-bapak," tambahnya saat mendapati Ergan yang tengah berdiri di depan ruang BK.
Samar-samar Teo terkekeh."Matur nuwun," ucapnya yang langsung melangkah menuju Ergan yang menunggu dengan tatapan penuh kekesalan.
Tak jauh dari berdirinya Dhito, tepatnya di lantai dua ada Elin yang perasaannya tengah bercampur aduk mengingat rumor palsu yang menimpa Ghifa dan diangkatnya Dhito sebagai kapten basket sore nanti.
Ia tertawa hambar. "Ya! What's wrong with me? I have no words to describe my feelings."
Kemudian, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah Dhito yang berada di lapangan. "Noh, si Juned bulepotan! Bisa-bisanya lo cengengesan sampe lupa sama temennya yang lagi diolok-olok satu sekolah," monolognya.
Ia sempat terdiam beberapa detik, lalu melangkahkan kaki sembari bermonolog kesal. "Lupa diri lo, Dhit! Terbang sekarang lo dipuji-puji degem-degem agresif lo yang mulutnya baru aja olok-olok Ghifa."
Omong-omong soal karakter Elin, ia ini punya sifat moody-an dan cenderung ke plin-plan yang selalu ragu saat memutuskan sesuatu. Seperti sekarang, ia tengah kesal dengan Dhito, namun bisa dipastikan kurang dari lima menit kekesalannya hilang dengan sendirinya.
*****
Dari ruang BK, kini mereka bertiga sudah berkumpul. Namun, sebelum memulai diskusi, Teo benar-benar menjalankan aksinya layaknya tukang service AC pada umumnya agar tak ada yang curiga tentang siapa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Lies ✓ [TERBIT]
Mistero / Thriller[COMPLETED] ________________________ - the mission behind the lie, and guess who's telling the truth! Mari memasuki dunia Victory High School, dimana mereka yang diistimewakan menutup banyak kebohongan. Dari yang masih dibatas wajar sampai yang kura...