Hai!
Happy reading:)Di rooftop, markas Angga dkk tepatnya. Ghifa, Karel, Dhito, dan Elin hanya bisa saling menatap bergantian.
Ghifa yang notabene sangat cuek, terlebih pada Angga mendadak memasang wajah panik karena ternyata Angga dan Lukas mendengar semuanya. Ralat, bukannya lebih tepat Angga dan Lukas menguping?
Mereka berempat mendadak bingung menanggapi pertanyaan Angga dan Lukas. Sedangkan Angga sedari tadi hanya menatap wajah Ghifa. Ghifa yang ditatap benar-benar risih. Karel menyadari itu, ia merasa marah pada Angga.
"Tolong, Kak! Matanya dijaga! Genit banget, Ghifa ga suka digituin," emosi Karel.
Angga membeo, "Up to me!"
Karel melototi Angga. Tanda-tanda akan perang. Lukas segera mengalihkan topik ke awal. "Udah deh, sekarang kalian mending jawab pertanyaan kita yang tadi."
Karel akhirnya buka suara. "Oke Kak, gue langsung to the point aja. Pertama, kita berempat ga tau kalo rooftop ini markas kalian, toh rooftop ini milik sekolah, semua siswa berhak ke sini. Kedua, kalian ga berhak ngelarang kita ada di sini. Ketiga, kalian berdua ini ga sopan nguping pembicaraan orang lain."
Mendengar penjelasan Karel, Angga dan Lukas hanya terkekeh remeh. "Seriously? Lo berani ngomong gitu ke kita?" tanya Angga.
Karel tersenyum tunduk sembari menggaruk alisnya yang sama sekali tidak gatal.
Dikira gue takut sama kalian? Belom aja lo pada liat gue cosplay jadi Genjieh, batin Karel.
Dhito yang sangat geregetan ingin menyahuti Angga dan Lukas akhirnya buka suara. "Ooh, jelas berani. Kita berempat ga salah. Jangan pikir kalian kakak kelas terus kita bakal manggut-manggut aja dengan kalian begitu. Di dalam kamus Dhito ga ada kata takut, apalagi kalo gue ga salah."
Dari perdebatan ini ada yang aneh.
Elin sedari tadi hanya terdiam menatap Lukas. Matanya yang tak henti menatap Lukas, jari-jari tangannya yang dingin menandakan bahwa ia gugup, dan yang pasti jantungnya yang berdetak tak karuan sekarang.Sial! Lukas menyadarinya. Membuat Elin yang ditatap balik semakin gugup dibuatnya.
Aduh Kak, don't look at me, please. Gue paling ga kuat ditatap sama lo, ini juga mata gue ga bisa lepas natap mata doi, gue colok lama-lama ni mata. Eh anjir, ini kan mata gue, batin Elin.
Elin berbisik, "Fa, gue menggigil, gue mau pulang sekarang."
Ghifa jelas mengerti mengapa Elin begini. Inilah Elin, setiap berhadapan langsung dengan orang yang ia sukai pasti respon tubuhnya selalu berlebihan.
Tanpa pikir panjang Ghifa langsung memanggil Karel. "Karel!" panggilnya sembari memberi kode bahwa mereka harus segera keluar dari sini.
"Permisi," ucap Karel, lalu melangkahkan kakinya keluar dan disusul teman-temannya.
Lukas baru ingin membuka mulut, namun ia kalah cepat dengan Dhito yang lebih dulu melihatnya ingin melarang mereka berempat keluar.
"Dan yang keempat, kalian ga berhak ngelarang kita keluar," ucap Dhito sembari melambaikan tangan yang bermaksud meledek.
Keun weh Dhito, cirian ku aing, batin Lukas.
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Lies ✓ [TERBIT]
Mistério / Suspense[COMPLETED] ________________________ - the mission behind the lie, and guess who's telling the truth! Mari memasuki dunia Victory High School, dimana mereka yang diistimewakan menutup banyak kebohongan. Dari yang masih dibatas wajar sampai yang kura...