13. Science Olympiad (2)

511 249 382
                                    

Hai!! I'm back after finishing my exams!
Happy reading:))

Pagi buta, benar saja Gevan langsung pergi ke Bogor. Entah untuk pujaan hatinya atau adiknya tercinta.

Perjalanan cukup lancar. Namun, pikirannya sempat terganggu karena melihat orang yang sangat mirip dengan pujaan hatinya di minimarket dekat Victory High School. Gevan sempat ingin menghampirinya. Tapi, pikirnya mana mungkin itu Malika. Jelas-jelas Malika sedang berada di Bogor.

*****

Di lokasi, semua peserta sedang bersiap. Kebanyakan dari mereka sedang berkutat dengan buku masing-masing. Lain halnya dengan Malika yang sedang menatap dirinya di cermin dan tidak melakukan apapun.

Angga menepuk pundak sekaligus menghancurkan lamunan Malika. Emosi Malika memuncak. Rasanya ingin memaki.

"Heh! Pacar lo nungguin di depan."

Deg

Malika mematung, ia mengurungkan niat buruknya. Ghifa yang juga mendengar sedikit emosi karena Gevan tidak menemuinya dulu.

"Hah?"

"Hehoh! your boyfriend!"

Tanpa menjawab, Malika langsung bergegas menemui Gevan. Ghifa menyusul dengan niat ingin memastikan Gevan memutuskan Malika hari ini. Tak lupa Karel pun menyusul.

"Emang nggak ada adab lo, Mak Lampir!"

Gevan melihat Malika yang terlihat kesulitan mencarinya. Ia melambai sembari tersenyum agar Malika menemukannya.

Sepertinya Malika berhasil menemukannya. Untuk itu, ia langsung merentangkan tangannya.

Malika sedikit berlari sembari tersenyum ke arahnya.

Namun, senyumnya memudar.

Malika baru saja melewatinya. Gevan menoleh ke belakang. Dilihatnya Malika memeluk lelaki lain.

"Maaf, mba siapa?" tanya lelaki tersebut.

"Your girlfriend."

Gevan langsung melepaskan pelukan Malika dengan lelaki tersebut. "Maaf mas, mata pacar saya lagi belekan kayaknya."

Pekok, gue salah orang. But, shit! Belek? batin Malika.

"Malika... semangat my sweetheart!" ucap Gevan sembari mencubit pipi Malika.

"Thank you for coming here and always support me. I'm so grateful to have you, Gevan."

Di belakang mereka berdua ada Ghifa dan Karel yang tengah bertatapan tak mengerti atas kejadian yang baru mereka saksikan. Tak lupa ekspresi wajah ingin muntah setelah mendengar percakapan Gevan dan Malika.

Tangan Ghifa mengepal. Ia sangat marah pada Gevan.

Karel yang melihat berusaha mencairkan suasana. "Ternyata mukanya Bang Gevan pasaran," celetuk Karel. Sembari bersiap karena sesuatu akan menimpanya.

Plak

Benar dugaannya, Ghifa memukul kepalanya. "Gitu-gitu dia kakak gue."

"Tunggu-tunggu... gitu-gitu?" Ghifa mencermati ucapannya barusan sembari menggaruk kepalanya.

Karel menggeleng. "Udah, jangan dipikirin. Takut otak lo nggak nyampe." Karel sedikit meledek. Tak lupa tangannya mengacak pucuk rambut Ghifa.

Ghifa tak merespon ledekan Karel. Suasana hatinya sangat buruk sekarang.

School of Lies ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang