12

248 30 2
                                    

Bandung, 10 Januari 1997

Tahun kemarin banyak juga yang terlewati.

Lagi-lagi aku tidak bisa tidur.

Hari ini Ramadhan hari kesekian. Harusnya aku tidur biar bisa bangun sahur besok, masalahnya aku nggak bisa.

Ada apa coba?

Aku jadi takut insomnia. Terakhir kali aku insomnia dan mendapat firasat buruk itu, 4 bulan kemudian Taufan mati.

Firasat menyebalkan.

Tapi entah kenapa, firasat kali ini tidak membuatku resah seperti sebelumnya. Seperti ada yang bilang 'hei Ice, kau sudah keseringan tidur. Bangunlah sebentar dan nikmati keindahan yang kau lewatkan'.

Dunia seindah itu, kah? Hingga aku harus mengorbankan waktu tidurku untuk melihat keindahannya?

Dulu mungkin aku akan menjawab tidak dan memilih tidur.

Tapi sekarang, entahlah.

Rasanya dunia jadi lebih terang sejak mereka datang.

Mereka bilang, kalau kamu tidur sepanjang perjalanan, kamu akan melewatkan semua pemandangan indah di tepi jalan, bahkan terlewat saat sampai tujuan.

Aku malas tidur. Tapi aku malas bangun.

Gini amat sih jadi anak pemalas. Ribet sendiri.

Firasat buruk itu menyebalkan. Firasat aneh jauh lebih menyebalkan karena bikin otakku bercabang-cabang.

Tolonglah, aku malas berpikir, tahu.

Aku tak tahu apakah aku akan melihat langit malam seindah ini lagi, jadi nikmati saja lah.

Oh tolong deh, aku sadar diri. Aku ini penyakitnya sudah parah.

Aku sadar aku sudah terlalu banyak membebani Blaze. Kurasa sudah waktunya aku menyusul Taufan.

Aku juga sudah lelah.

Halaman ini amat singkat, padat dan tidak jelas. Tanda otakku butuh istirahat.

Salam,

Ice.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang