22

214 31 0
                                    

Rabu, 2 Juli 1997, 09.45

1 bulan 1 minggu setelah Gempa memberikan kesaksian lewat buku ini pada polisi.

Pembunuh itu  menemukan fakta menarik soal motif pembunuhan Hali. Hali pernah menulis soal masa lalunya, soal ia diadopsi oleh mantan tentara. Hali salah, beliau bukan hanya mantan tentara, tapi juga polisi yang jabatannya lumayan dan masih termasuk polisi terjujur.

Pejabat bermata biru itu dulu ditangkap oleh Ardhi Hidayat, ayah Gempa, Karang Ayudhya, dan tentu saja Faruq Firdaus, ayah angkat Hali, dengan tersangka-tersangka lainnya.

Nama-nama itu kutemukan di kasus korupsi sebuah megaproyek. Ada juga nama-nama lain tapi tak berhubungan dengan kasus ini.

Seharusnya atas semua kejahatan mereka, mereka dipenjara minimal 4-5 tahun, tapi hakim memutuskan hanya 2 tahun. Lantaran kasus korupsi memang sangat sangat jarang tahun 90-an maka undang-undang tentang itu juga masih dipertimbangkan.

Tampaknya pejabat bermata biru itu dendam pada ayah angkat Hali dan ayah Gempa. Kuperkirakan orang yang mengutus seseorang untuk rencana pembunuhan Gempa dan adiknya juga pejabat bermata palsu itu. Wallahu'a'lam.

Tapi mengenai pejabat korup dan dendamnya pada ayah angkat Hali, kelihatannya dia tahu kalau almarhum  om Faruq punya anak angkat Halilintar Firdaus. Karena itu Hali dibunuh. Padahal sudah susah-susah lepas dari penjara malah bunuh anak dibawah umur. Masuk penjara lagi kan.

Selain karier ayah angkat Hali sebagai polisi, almarhum om Faruq juga disebut sebagai salah satu tentara terjujur sepanjang sejarah. Beberapa orang sudah mencoba menyuapnya tapi tak bisa. Orang dulu-dulu memang masih naif, masih ingat jaman kemerdekaan. Ada yang nggak setuju, sikat. Karena itu om Faruq jadi almarhum.

Faktor ini jadi makin mendukung teoriku soal motif pembunuhan Hali.

Aku tidak pernah tahu kalau Hali punya banyak orang berbahaya yang mengancam nyawanya karena ayah angkatnya. Anak itu, dasar. Walau aku ragu dia ngerti.

Gempa ngasih aku nomor om Karang-nya yang sekarang kerja bikin perusahaan konsultasi politik dan ekonomi dunia. Aku sudah memberitahunya teoriku sebelumnya. Om Karang bilang aku jenius dan dia akan mencari kebenaran teoriku. Huh, tahulah aku ini jenius.

Semua bebanku sudah lepas.

Tadi juga aku menziarahi makam ketiga sahabat, ah, tidak, saudaraku. Nisan batu mereka tampak berdiri gagah menjaga makam mereka. Bunga lily, geranium dan dandelion itu bergoyang pelan ditiup angin. Dandelion Hali tertiup angin beberapa. Huh, tapi artinya memang cocok dengan bocah itu, sih. Nama mereka yang terukir di nisan batu itu kelihatan antik, padahal baru... ah, sudah satu tahun. Tidak terasa, eh.

Lily yang ditaruh entah siapa dalam buku diari bersama ini masih utuh dan sungguh ajaib, tidak layu. Entahlah tapi, aku senang melihatnya belum layu. Plushie Ice Gempa taruh di tempat Blaze. Blaze yang koma kadang meraih boneka paus itu.

Blaze. Kapan dia akan bangun?

Kuharap secepatnya. Aku butuh seseorang untuk membuat Thorn riang lagi.

Dan yang paling penting, aku belum mau kehilangan siapapun lagi.

Salam swag,

Solar yang paling ganteng di seluruh dunia.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang