37

196 34 3
                                    



Sedih sekali aku melihatmu.

Sudah kuning begini, buku tua, ditelantarkan pula. Jadi berdebu begini, kan.

Mau bagaimana?

Lagi-lagi ada yang pergi. Kak Gempa yang baik dan lembut, yang kayak ibu, udah nggak ada. Udah 'pulang'.

Pulang katanya. Kata Kak Gem ini rumah Kak Gempa. Kak Gempa pulang kemana lagi? Emang rumah Kak Gem dimana lagi?

Udah gabung sama kakak-kakak lain, ya?

Gimana kabar yang lain, kak?

Sayang banget, Kak Gem udah gaada sekarang...

Kak Solar pundung berbulan-bulan. Terakhir kali, aku lihat Kak Solar mencoret-coretmu, lalu merobeknya. Besoknya begitu lagi. Sampai berhari-hari.

Cuma sisa 2 lembar tulisan Kak Solar dari yang kemarin-kemarin. Kayaknya Kak Solar lupa.

Habis itu, Kak Solar diam.

Masih rutin perawatan, masih rutin minum obat, masih mau makan atau minum.

Tapi, udah nggak mau bicara sama aku. Atau suster. Atau siapapun. Kak Solar udah kayak hilang semangat hidup.

Aku juga sedih.

Tapi, Kak Solar butuh aku.

Makanya aku masih senyum, masih ketawa, masih kayak biasanya. Soalnya, kalau nggak, Kak Solar bakal sedih. Aku nggak suka Kak Solar sedih. Ya meskipun sekarang juga sedih tapi nanti makin sedih.

Meskipun udah berbulan-bulan lalu, aku masih inget kalo malam sebelumnya, Kak Gempa didatanginya suster.

Kata suster, Kak Gempa bisa sembuh selamanya dan nggak usah lagi ada di sini. Karena udah ada yang bisa nyelamatin Kak Gempa. Kalau ternyata kondisi Kak Gempa bisa disembuhin dan nggak terlalu parah, sayangnya emang kemarin-kemarin belum ada yang bisa nyembuhin penyakit kayak gitu.

Malam itu, kita semua senang banget buat Kak Gem. Kayaknya kita sampai tidur telat, deh. Kayaknya.

Besoknya, Kak Gem bangunin buat solat Subuh. Kayak biasa. Kak Gem juga yang jadi imam. Kayak biasa. Kak Solar di kiri, aku di kanan.

Bedanya, di sujud terakhir, Kak Gem nggak bangun-bangun.

Lama.

Lamaaaaaaaa banget.

Sampe akhirnya Kak Solar yang gantiin dan aku ikutan aja, Kak Gempa masih nggak gerak.

Ternyata karena udah nggak bisa.

Di sana, di atas gundukan tanah punya Kak Gem, aku pilih bunga putih yang menunduk. Kata toko bunga langgananku, namanya snowdrop.

Artinya, harapan.

Cocok buat Kak Gempa.

Jadi, sekarang udah ada lima.

Lili, geranium, dandelion, hyacinth putih, sama snowdrop.

Warna-warni. Ngelindungin kakak-kakak semua.

Kakak, baik-baik ya. Thorn sama Kak Solar baik-baik kok. Nanti, kita nyusul lain kali.

Thorn.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang