26

208 33 1
                                    

Ahad, 7 Desember 1997

Aku tak tahu ada apa kemarin, tapi aku terharu kalau mengingatnya lagi.

Jujur, kamar ini sudah seterpuruk itu sampai kebahagiaan kecil yang dimunculkan seseorang bisa berdampak begitu besar.

Blaze. Iya, Blaze.

Kemarin, entah kenapa, dia berubah jadi Blaze yang kita kenal. Bahkan lebih jail, lebih nakal dari biasanya. Tawanya lebih lepas, candaannya walau receh berhasil mengangkat kebahagiaan kamar kecil ini. Dan yang aku tahu, canda tawanya bukan topeng seperti milik Upan. Canda tawa itu tulus.

Walau sebenarnya betul sih kalau kejailan TTM itu kadang menyebalkan, tapi harus kuakui, aku merindukannya.

Thorn pun kembali jadi watados yang handal. Jurus puppy eyes itu kembali digunakan sama seperti dulu.

Ah, aku bahagia sekali sampai rasanya aku jadi anak kecil lagi. Sebentar, aku memang masih kecil harusnya... hah.

Kasihan Solar dia jadi sasaran prank mereka kali ini. Tapi alhamdulillah sih bukan aku.

Bahkan Blaze udah mulai jail sampe luar kamar. Harus kularang dengan keras karena kasian diluar sana yang belum kenal Blaze kalo udah jail tingkat akut.

Suster juga keliatan seneng karena kamar udah kayak dulu lagi. Riang. Penuh tawa. Aku baru mengerti habis membaca tulisan Blaze kemarin.

Anak baik.

Blaze udah jadi dewasa dengan caranya sendiri.

Ternyata walau kalian udah nggak ada, kalian masih bisa kasih kita pelajaran berharga.

Blaze masih merencanakan prank ke kamar sebelah. Kamar sebelah udah tahu sih, mereka juga jail kayak Blaze dan Thorn.

Kubiarkan saja deh, sekali-sekali.

Solar mengajakku ke kuburan. Iya ya, sudah lama aku tidak menjenguk mereka.

Terimakasih Hali, Ice, Taufan

Wassalamu'alaikum,

Gempa.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang