29

240 32 0
                                    

Minggu, 24 Januari 1999, 15.25

Astaga, buku ini hampir berdebu saking lamanya tidak ada yang menulis di dalamnya.

Aku mengerti, kami memang sedang berkabung sejak kematian Blaze ulang tahun kami kemarin.

Saat itu kami habis shalat subuh dan baca al-kahfi. Blaze bilang, dia mau tidur lagi. Normal bagi Blaze tidur lagi sehabis shalat subuh. Thorn juga sering. Tapi saat itu dia bukannya langsung tidur malah ngeliat kami sambil tersenyum sekitar 15 detik lamanya. Baru dia ke kasurnya dan tidur.

Harusnya aku sadar keanehan tidur Blaze. Ini seorang Blaze, bahkan tidurnya aja berantakan. Sayang, aku nggak sadar.

Harusnya aku sadar tidurnya terlalu tenang. Harusnya aku sadar makna tatapan itu. Harusnya aku sadar kata-kata sebelum doa tidurnya. Harusnya...

Tapi tidak. Tidak boleh ada kata 'seharusnya', 'seandainya', 'harusnya', 'andaikan', dan semacamnya.

Blaze sudah pergi, dan tidak ada yang bisa kulakukan untuk mencegahnya.

Blaze sudah dipanggil ke hadirat-Nya.

Dan catatan terakhir Blaze di buku ini menyadarkanku, bukan menangisi kepergiannya yang Blaze mau. Bukan merenung dan menyesali segalanya yang Blaze mau.

Blaze hanya ingin kamar ini dipenuhi tawa lagi.

Hanya itu.

Thorn menangis sampai tertidur di makam Blaze selepas pemakaman. Suster yang menggendongnya, toh Thorn memang ringan. Gempa mendorong kursi rodaku sambil menangis diselingi batuk. Aku khawatir kondisi mereka akan jadi makin parah karena kesedihan yang tidak berhenti berhenti akibat kehilangan orang yang kita sayang berkali-kali. 

Aku akui, aku juga sedih. Banget. Tapi demi Blaze, demi Taufan, demi Ice, demi Hali, aku harus bangkit dari kesedihan. Nggak ada yang boleh bikin si swag Solar patah semangat.

Nggak boleh lagi.

Aku harus jadi kayak diriku yang dulu, waktu aku masuk sini. Mumpung Gempa dan Thorn lagi tidur, mungkin ini waktunya.

Waktu untuk mengulang semuanya dari awal.

Salam swag,

Solar yang ganteng.

P.s

Untuk Blaze, adikku tersayang Thorn memilih bunga yang dulu ia pilih.

Salah satu genus tanaman untuk sekitar 30 tanaman berbunga abadi dari wilayah Mediterania dan Afrika. Tumbuhan ini berbunga saat musim semi. Bahasa bunganya bermacam bergantung pada warnanya. Merah berarti permainan, ungu berarti permintaan maaf, biru berarti kredibilitas, kuning berarti iri hati, dan putih berarti 'aku mendoakanmu'.

Hyacinth putih.

Semoga doa dari kami membuatmu bahagia diatas sana, Blaze Arizona.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang