Selasa, 1 April 1997
Tadi aku menjenguk Hali dan Blaze lagi.
Blaze masih sama, belum bangun. Padahal sudah sebulan lebih ini. Tapi alhamdulillah dia 'hanya' belum bangun. Setidaknya keadaannya tidak memburuk. Aku menyuruh semuanya menyetel murrotal di HP ketika menjenguk Blaze. Blaze mendengarnya, aku tahu itu. Karena dia biasanya menangis mendengarkan murrotal itu.
Hali jauh lebih buruk.
Dia makin pucat dan makin kurus. Imunnya menurun, dan dia tak bisa kemana-mana sama sekali. Dia sering mimisan dan pusing. Bahkan beberapa kali batuk darah. Walaupun dia bilang dia nggak apa-apa tapi aku yakin batuk darah seharusnya bukan gejala anemia aplastik biasa.
Tadi dia jatuh dari kasur dan mecahin gelas karena dia nggak sudi manggil orang cuma buat ngambil minum.
Si tsundere itu ada masalah idup apa, sih?
Akhirnya tangannya berdarah. Dia kehilangan darah lagi kan.
Tapi tadi Hali masih bisa main gitar. Dia mainin aku lagu favorit kita dulu waktu kita masih bertiga.
Hmmmh... aku rindu masa-masa itu.
Nggak, aku rindu masa-masa waktu kita lengkap. Waktu kita ketawa bareng, waktu TTM bebas ketawa-tawa, waktu kita ulang tahun bertujuh, waktu kita ngeliat kembang api pas tahun baru.
Itu beneran momen terindah dalam hidupku.
Walau aku bilang syarat bahagia kita udah menurun, yah, aku harus jujur kalau aku sedih banget ditinggal Taufan dan Ice. Aku, jujur aja, nggak mau kehilangan Hali juga.
Semoga kita bisa bareng sampe akhir, amiin.
Gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Room 309's Diary
FanficMinggu, 4 April 2021 Kak, tidak terasa kita sudah berpisah selama 20 tahun, ya? Aku sudah menunaikan janji, kak. Aku sudah bertahan hidup. Keren kan aku? Hehe. Kak, hari ini, ada seseorang yang spesial ingin membuka kenangan kita. Boleh kan kak? K...