Ice

180 23 0
                                    

Ini Ice.

Kalo ini dibaca... aku udah mati, berarti.

Apa? Aku cuma sadar diri.

Aku sekarat, ahilah. Kalian juga. Bangun. Nanti juga kita bakal mati. Entah aku ninggalin kalian atau kalian ninggalin aku.

Hmm kecuali ada yang mau kasih aku jantungnya. Mungkin nggak sih? Bisa nggak sih itu

Ini cuma dorongan konyol sebenarnya. Nggak biasanya aku sepesimis ini. Tapi mau gimana lagi? Yang biasanya optimis udah nggak ada.

Mungkin emang kehilangan Taufan yang bikin aku kayak gini.

Kalau emang bener aku udah tidur selamanya, ya... ya udah sih, emang mau gimana lagi? Kan nggak bisa ngidupin orang mati.

Ketawa, kek, minimal. Udah berusaha ngelawak, nih.

Becanda.

... iya tau nggak lucu. Maaf, deh.

Oke serius nih.

Mungkin ini cuma pikiran aneh di malam hari, karena nggak biasanya aku nggak bisa tidur. Tapi aku lagi kangen Taufan banget. Aku ngeliatin kalian semua tidur dan mau nggak mau kepikiran: kalo ini kali terakhir aku ngeliat kalian gimana ya?

Jantung aku terancam. Setiap kali berdetak, setiap kali itu juga tubuh aku keracun.

Jadi, ini pesan aku malam ini:

Kalau emang aku udah nggak bisa robek halaman ini ataupun nggak bisa baca bareng... siapapun kamu. Kuharap kalian.

Jangan takut. Jangan sedih. Cuma aku yang pergi kok.

Terusin hidup. Jangan nyerah. Jangan berhenti mau bangun habis tidur. Hidup emang keras. Kita semua tahu itu.

Tapi, nggak apa-apa kok istirahat sebentar.

Males dulu nggak apa-apa. Tidur dulu nggak apa-apa. Sebelum ngadepin lagi takdir yang rasanya mau diketawain ini. Asalkan jangan selamanya. Jangan dulu.

Sama, tolong... jaga Blaze. Blaze, kalo kamu baca ini, termasuk kamu juga. Jaga diri.

Nggak cuma buat Blaze. Kalian semua juga harus jaga diri baik-baik. Terus ketawa. Terus ceria kayak biasanya. Terus ngomel kalau kemonya sakit atau obatnya pahit.

Terus hidup.

Soalnya cuma kalian yang kupunya.

Ice.

Room 309's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang