[Completed Chapter]
Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mereka untuk terus bergerak sebagai keluarga nomaden.
---***---
Leila, 17 tahun, ter...
Panjang banget lho ini, bisa dibaca sampai dua hari biar kalian bisa kangen-kangenan sebelum tamat :3
| RavAges, #97 | 7002 words |
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DI SEKITARKU, api berkobar. Panas. Silau. Kulitku meremang dan bola mataku seperti akan meleleh keluar. Di atas atap-atap rumah, Pyro dan Embre berkejaran, membakar semua yang menghalangi mereka. Para petugas patroli terus mengarahkan orang-orang untuk meninggalkan pemukiman, beberapanya masih mencoba mengendalikan situasi di antara para Calor.
Di kakiku, Truck terbaring dan mengerang singkat. Darahnya sudah berhenti mengalir keluar, tetapi dia masih kesulitan bergerak usai menerima hantaman popor senjata di belakang kepala.
Di hadapanku, seorang lelaki kurus mencengkram senjata laras panjang. Salah satu matanya yang rusak tidak bergerak, terpancang padaku, matanya yang lain memancarkan kebencian dan dendam. Itu caraku menatap Komandan Binta.
Di sisiku, Erion tampak kepayahan, penuh jelaga, berbau hangus, dan kulitnya memerah. Anak itu terhuyung-huyung memasang badan di depanku dan Truck dengan sikap melindungi.
Aku selalu merasa bahwa ini tidak adil, ujar Sir Ted dalam ingatanku. Saat orang tua berbuat salah, kenapa anak-anak mereka yang harus membayarnya?
Apa-apaan kami selama ini? Berlindung di balik badan anak 10 tahun?
"Aku bukan lagi manusia lemah seperti berbulan lalu." Harun menggertakkan gigi. "Yang bahkan tidak berani mengangkat satu jari pun di hadapan kalian para Fervent. Meski aku manusia normal, kalian tidak bisa meremehkanku lagi."
Aku menarik Erion agar mundur, tetapi anak itu bersikeras. Harun menggerakkan jarinya di pelatuk.
"Tidak!" Aku menyeruak dari sisi tubuh Erion dan mendorong moncong senjata ke atas. Peluru melesat entah ke mana, membuat orang-orang menjerit panik. Dikelilingi api dan diberondongi peluru di atas kepala—mereka terkepung.
Di belakangku, Erion ambruk ke atas Truck. Matanya hampir berputar ke atas. Lalu kusadari sebelah sepatunya hilang, kakinya melepuh.
"Ah ...." Air mataku seharusnya sudah habis, tetapi rupanya aku masih bisa menangis lebih kencang lagi.
Alatas tidak ada.
Calor dan Teleporter terbaik kami raib.
Truck kelelahan karena begitu banyak yang kami alami belakangan ini.
Erion sudah mencapai batasnya.
Sir Ted terluka.
Embre dan para Calor masih berusaha mengekang Pyro, tetapi mereka harus menahan diri agar tidak membakar kami semua.
Bahkan para Pemburu dan petugas patroli sudah kehilangan minat menangkap kami karena prioritas mereka saat ini adalah melarikan penduduk.
Dan aku terjebak di bawah belas kasih seorang manusia normal dan dendam kesumatnya. Di matanya, aku melihat pantulan wajahku sendiri. Ekpresi kebenciannya adalah ekpresi mukaku sendiri saat menghadapi prajurit NC.