| RavAges, #74 | 3998 words |
PAGI ITU Leila pergi, dan malamnya Kompleks 44 musnah.
Awalnya aku memang marah—aku tahu itu adalah keputusan ayahnya untuk pindah ke Kompleks 45, tetapi aku tetap saja merasa marah pada Leila.
Siangnya aku menyesal, tetapi masih terlalu gengsi untuk menghubunginya.
Sorenya aku jadi kepikiran, seharusnya aku membawa Leila lari sejak jauh-jauh hari—bodo amat ayahnya mencariku sampai ke ujung dunia.
Malamnya aku berubah pikiran—seharusnya aku mengepak barang dan ikut pindah bersamanya ke Kompleks 45. Aku bisa saja menyelundup ke bagasi mobil ayahnya, teman-temanku membuntuti pakai motor atau apalah. Kami pasti bakal melakukannya andai kami tahu malam itu akan jadi bencana.
Saat itu aku dan Pat tengah membetulkan pagar rumah si Tua Cao di dekat perbatasan. Sekeras apa pun aku memungkirinya di hadapan teman-temanku, aku sebenarnya memang bekerja pada tuan tanah bodoh itu untuk menabung, agar aku bisa keluar dari rumahku yang sekarang. Agar aku bebas dari keluargaku yang juga bodoh, dan menyusul Leila di Kompleks 45.
Dan, kalau memungkinkan, melancarkan rencana lawas membawa cewek itu lari karena, demi Tuhan, aku benci sekali pada ayahnya. Tatapan mata pria itu, dan caranya bicara, juga caranya berpakaian, sampai lagaknya saat berjalan, benar-benar menyerupai orang NC. Dan setiap kali kami membuat masalah pada petugas patroli, ayah Leila selalu membela rombongan lintah itu, seolah dia adalah salah satu dari mereka.
Jadi, ketika aku dan Pat baru saja selesai dengan engsel gerbang pagar rumah si Tua Cao, sebuah helikopter berputar tak terkendali menebas pepohonan dan mendarat di atap rumahnya, menyebabkan kebakaran dan mengakhiri 64 tahun jatah hidup si Tua Cao yang masih berada di dalam sana.
"Yang benar saja!" Pat membentak saat mobil jip NC berdatangan. "Pria itu belum membayar kami!"
Ketika pasukan NC berkumpul di sekitar portal Kompleks 44, kami mengira bahwa mereka sedang latihan tempur atau sejenisnya. Alarm bergaung, helikopter terbang rendah di atas kepala, dan pengeras suara memerintahkan kami berkumpul ke satu titik. Aku dan Pat terlalu jauh untuk mencapai tempat yang diperintahkan untuk kami tuju, maka kami menyelinap ke salah satu mobil jip yang diparkir, dengan kuncinya masih terpasang di sana, sementara orang-orang berseragam hitam tampak membatu di sekitar pagar kawat. Mereka bahkan mengabaikan rumah si Tua Cao yang tengah dilalap api.
Suara denging terdengar dari kegelapan hutan Garis Merah. Seluruh rambut di badanku berdiri. Tanah bergemuruh, ponselku mati, dan semua cahaya jalan redup bersamaan.
Orang-orang NC masih membentuk pagar manusia di perbatasan dan mengabaikan kami saat aku menyalakan mesin mobil jip. Tidak ada yang menoleh walau kami mencuri salah satu mobil mereka, kecuali satu orang petugas yang mendadak balik badan dan terbirit-birit melewati kami seraya menjerit, "Aku tidak bisa! Aku tidak mau menghadapi mereka lagi! Aku minta pindah tugas dari Herde bukan untuk mati di sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RavAges
Fiksi Ilmiah[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mereka untuk terus bergerak sebagai keluarga nomaden. ---***--- Leila, 17 tahun, ter...