#73

10.9K 1.3K 1.1K
                                    

| RavAges, #73 | 4970 words |

KAMI MENGIKAT Op yang masih pingsan di atas ranjang dengan Arka masih menyala di atas nakas, lalu buru-buru angkat kaki dari penginapan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KAMI MENGIKAT Op yang masih pingsan di atas ranjang dengan Arka masih menyala di atas nakas, lalu buru-buru angkat kaki dari penginapan itu. Dia mungkin akan bebas saat petugas hotel datang untuk bersih-bersih, tetapi setidaknya kami punya waktu agar Op tidak mengekor.

Kami menginap di sebuah motel yang kamarnya bahkan lebih sempit lagi pada malam kedua sampai keempat, kemudian pindah ke semacam barak di mana kami mesti tidur bercampur dengan dua puluh Fervent di malam kelima. Aku mesti membeli topi dan menggelung rambut ke dalam, lantas terus-terusan berlindung di antara Truck dan Alatas agar tidak ada yang memerhatikan kalau aku perempuan. Lalu, kami pindah lagi ke hotel yang lebih waras selama beberapa malam.

Periode bulananku selesai di hari keempat, dan selama empat hari itu para anak cowok lebih berhati-hati di sekitarku. Truck mengurangi dosis marah-marahnya, Alatas lebih menjaga mulutnya, dan Erion jadi penurut sekali.

Di malam terakhir kami tinggal di Kompleks 12, aku terbangun dari tidur dan tak sengaja mencuri dengar percakapan Truck dan Alatas.

"—kenapa aku mesti mengalah lagi?!" Ini suara Truck.

"Leila pasti mencari ibunya," jawab Alatas. "Cuma orang bernama Ted itu yang jadi penghubung mereka. Kita mungkin harus menemui pemberontak—"

"Benar, 'kan, yang dulu pernah kubilang? Cewek itu, demi bertemu keluarganya, dia bakal ambil risiko menyerahkan kita langsung ke Herde!"

"Herde sudah tidak ada—"

"Tapi, T. Ed Company ini salah satu pendirinya!" potong Truck. "Jangan lupa, T. Ed punya sejarah panjang dengan NC! Sekarang, mereka bersama pemberontak karena kepentingan mereka sudah tidak sejalan dengan NC! Para pemberontak itu hanya salah satu alat yang bisa mereka buang kapan saja!"

Kudengar Alatas mendesah berat. "Kita berutang ini pada Leila, Truck. Kita pernah nyaris meninggalkannya untuk mati di bawah reruntuhan."

"Tapi, kita mengeluarkannya—"

"Erion yang mengeluarkannya," sela Alatas. Dalam hati, mau tak mau aku menambahkan, Kau yang mengeluarkanku, Alatas.

"Pokoknya," lanjut pemuda itu lagi, "kau, setidaknya, berutang ini pada Leila."

Bisa kubayangkan Truck memutar bola mata. "Buat apa?!"

"Kau menyuruhku menguburnya hidup-hidup waktu itu." Alatas mengabsen. "Lalu, kau menonjoknya. Dia beberapa kali menyelamatkan bokong kita semua—dari dua orang Corona di Garis Merah, cewek Icore, dan banyak lagi—tapi kau tetap menuduhnya ini-itu. Kau juga pernah beberapa kali mendesakku buat meninggalkannya saat Leila tidur, ketika kita masih di hutan Garis Merah dulu—"

"Yang akhirnya tidak pernah kita lakukan!"

"—aku yakin kau bakal menyeretku di tanah meninggalkan Leila andai saja cewek itu tidak tidur sambil memeluk Erion. Aku juga lumayan yakin waktu itu kau sering memikirkan cara menyingkirkannya tanpa ketahuan oleh kami—"

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang