#0

6.4K 1K 605
                                    

| RavAges, #0 | 3993 words |

MIMPI BURUK itu dimulai dengan suara dengung, gemuruh, letusan senjata, langkah kaki yang tergesa, dan banyak teriakan di antara keheningan malam abadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MIMPI BURUK itu dimulai dengan suara dengung, gemuruh, letusan senjata, langkah kaki yang tergesa, dan banyak teriakan di antara keheningan malam abadi.

Awalnya selalu sama bagi kami semua. Selalu di tempat gelap, di mana keempat indera menguat saat penglihatan dibutakan. Kecuali Erion yang matanya terus melihat.

Dari sana, Erion akan mulai berlari keluar dari kurungannya, berusaha menyusup di antara ratusan Sepatu Bot raksasa yang berusaha menyorotkan cahaya mematikan ke tubuhnya. Seorang anak Steeler menuntunnya keluar. Bongkah besi menyimpannya sampai Alatas dan Truck menjemputnya.

Dari sana, Truck akan berjalan gontai tanpa mampu mengendalikan kakinya, menjauhi tangisan dan teriakan adiknya; lalu berbalik dan berlari mati-matian, untuk mendapati bahwa bak mobil truk itu telah kosong. Malam itu merobeknya, membuat luka menganga besar di hatinya yang sudah mati separuh. Ratusan Agen Herde menyergapnya. Di penjara itulah dia bertemu Alatas.

Dari sana, Alatas akan menggali reruntuhan yang dilalap api hingga tangannya gosong, terlambat menyelamatkan adik kecilnya. Seluruh keluarganya menghilang di belakang punggungnya, tidak lagi mengingat eksistensinya. Namun, Alatas tidak terus-terusan terpuruk memeluk lutut. Dia berdiri, mengulurkan tangan. Dia menarik Truck, mengambil Erion, lalu mengeluarkanku.

Dari sana pula, aku akan meringkuk, berteriak, menangis, dan memohon. Aku menjeritkan kata maaf untuk ayahku yang tidak akan lagi mendengarnya. Badanku menekuk, tanganku menggedor, kakiku menendang dengan sia-sia di bawah impitan. Histeria di mana-mana. Hidungku tidak memiliki udara untuk dikais. Di bawah tanah, tanpa cahaya atau pun ruang untuk sekadar mengangkat badan, aku telah berada di dalam kuburanku sendiri, bahkan di saat aku belum mati. Pikiranku memekik: Ibu, Ayah, maafkan aku!

Aku akan terbangun lebih dulu setiap malam, menyibak selimut dengan panik seolah kain itu adalah dinding beton yang mencoba menggencetku. Aku akan melirik jendela, memastikan tidak ada sepasang mata yang mengintai dari kegelapan. Aku akan memasang telinga, meyakinkan diri sendiri bahwa letusan senjata dan hening malam tidak akan lagi menyakiti kami semua.

Aku keluar dari kamarku dan menghampiri kamar mereka, di lantai atas—kamar sementara yang awalnya ibuku siapkan jika aku pulang bersama Ayah, tetapi kini kamar itu harus kosong karena salah satu dari kami takkan pulang.

Aku menghampiri Erion lebih dulu, yang seluruh tubuhnya mengejang di bawah selimut, banjir keringat, tidak berdaya bahkan untuk sekadar menjerit.

Setelah membangunkan Erion dan menenangkannya, biasanya Truck akan terbangun sendiri, terguling jatuh dari atas dipan, lalu debumnya membangunkan Alatas.

Alatas paling mudah terbangun di antara kami. Baru seminggu belakangan ini saja dia dapat benar-benar tertidur meski sudah satu bulan lebih menjalani terapi. Namun, menurut Sir Ted, kondisi Alatas yang lebih mudah menerima terapi barangkali disebabkan oleh waktu yang dihabiskannya di dalam Limbo.

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang