#87

5.6K 1K 809
                                    

| RavAges, #87 | 5890 words |

ENTAH SEJAK kapan aku ketiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ENTAH SEJAK kapan aku ketiduran. Terakhir kuingat, kami diikat dan dijejalkan di bagian belakang bus oleh sekumpulan Calor, dalam perjalanan untuk dibawa pada Komandan. Lalu, Truck dan aku bicara ....

Mana dia? Dan, mana Alatas?

Saat aku membuka mata, aku tidur menyamping dengan tangan masih terikat. Hanya ada aku dan Erion. Kami berada di dalam semacam kurungan berjeruji besi di ketiga sisi dan dinding baja di satu sisi. Cahaya api obor meliuk di luar, mendistorsi udara sampai aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berdiri di depan jeruji. Aku bisa mendengar suara mereka, mengobrol.

Awalnya aku tidak menyadari kehadiran Erion. Aku mengira melihat semacam bantal abu-abu di depan wajahku, lalu kusadari itu celananya. Erion tengah duduk memantatiku. Kedua tangannya yang terikat ke depan sedang mencengkram jeruji.

"Er ...?" panggilku, lalu kusadari dia gemetar. Suaranya muncul kemudian: Kurungan.

"Apa?"

Kurungan! Anak itu menjerit ke dalam kepalaku. Dia tampak panik dan ketakutan. Kenapa aku ada di kurungan lagi

Suaranya berhenti. Aku berusaha bangkit ke posisi duduk dan melihatnya sedang membungkuk untuk muntah. Wajahnya kehijauan, bagian bawah matanya gelap, dan bahunya naik-turun dengan cepat karena kesulitan bernapas. Matanya menerawang seperti orang mengigau.

"Hei!" Aku berteriak, mengagetkan tiga orang pria berjaket Calor yang menjaga sel kami. "Ada anak yang keracunan obat tidur dari kalian—dan kalian hanya mengobrol di sana tanpa melakukan apa-apa?!"

Karena Erion membelakangi kami, para Calor itu hanya mengerutkan kening dengan bingung. "Dia tampak baik-baik saja."

"Kami sudah membedakan dosisnya, memisahkan jatahnya dari yang lain." Pria satunya menyahut. "Kami tidak sebodoh itu."

Aku menggertakkan gigi. Erion sempat memakan setengah jatahku, mencuil ayam Truck, dan mencomot punya Alatas juga. Namun, percuma saja mengatakan itu—mereka sudah tidak mendengarkan dan kembali mengobrol bertiga. Pria Calor terdekat membelakangiku dengan punggung menyandari kurungan kami.

Aku memelototi celah jeruji—jaraknya cukup lebar. Lalu aku memelototi kakiku sendiri—cukup kecil ....

Si pria Calor memekik saat aku mengeluarkan sebelah kakiku untuk menyergap kakinya dan satu tanganku untuk menyekapnya di leher. Aku menariknya kuat-kuat sampai bagian belakang badannya tertekan ke jeruji, membuatnya tercekik tiap dia mencoba kabur ke depan. Satu tangannya mencengkram tanganku di lehernya, tangan lainnya meraih-raih ke kedua temannya. Dua pria lainnya melompat mundur, salah satunya berteriak, "Apa yang kau lakukan—dia cuma cewek!"

Cuma cewek?!

Aku mempererat cekikan dengan menarik seluruh bobot badanku ke belakang. Entah bagaimana rupanya, tetapi aku tahu dari suaranya bahwa si pria Calor sudah hendak semaput. Kedua temannya ikut berteriak panik sampai mengingatkanku pada suatu hari Sir Ted mengajakku ke kebun binatang, dan kami melihat kera-kera meneriaki sesamanya—suaranya persis seperti ini.

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang