#69

10.8K 1.3K 1.1K
                                    

| RavAges, #69 | 5145 words |

PASCAL DAN Embre punya koneksi penjaga portal Kompleks 12 yang langsung membiarkan kami lewat begitu saja tanpa acara tembak-tembakan, parade mobil jip penuh alat peredam Fervor, atau Fervent aneh yang menculik kami untuk dijadikan bahan masakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PASCAL DAN Embre punya koneksi penjaga portal Kompleks 12 yang langsung membiarkan kami lewat begitu saja tanpa acara tembak-tembakan, parade mobil jip penuh alat peredam Fervor, atau Fervent aneh yang menculik kami untuk dijadikan bahan masakan.

Pascal memperingatkan kami bahwa di tempat inilah macam-macam uji coba Fervent berbasis—pabrik pembuatan Arka, Lenx, sampai lab proyek artificial night. Berbeda dengan Kompleks 4 di mana para Fervent hidup di pinggiran perbatasan, 40% penghuni tempat ini adalah Fervent yang bekerja untuk NC.

"Kalian akan aman meski ketahuan memakai kekuatan dan membawa senjata," tambah Pascal. "Tapi, cobalah untuk menghindari petugas patroli. Kadang mereka akan meminta tanda pengenal untuk memastikan kalian legal tinggal di sini."

Aku berdengap. "Dan, kalau kami tak bisa memberikan tanda pengenal itu ...?"

"Kalian bakal ditangkap. Asal-usul kalian akan diselidiki, dan mereka akan tahu kalian sedang dicari oleh Komandan."

"Asal kalian tidak menarik perhatian, semuanya akan aman, soalnya selebaran 'dicari' yang memuat wajah kalian berempat belum menyebar sampai Kompleks 12." Embre memberikan ransel ekstra kepadaku. "Ada cukup uang, obat-obatan, perban, dan botol air mineral di situ. Aku juga mendaftar alamat penginapan yang bisa kalian singgahi. Hanya datangi tempat-tempat yang kucatat itu, oke? Tempat lain punya prosedur yang lebih ketat, dan kalian bisa saja ketahuan."

"Titip raja kecil," kata Pascal dengan nada mengejek seraya mengacak rambut Erion. Pemuda itu kemudian membuka tangan kepadaku. "Pelukan perpisahan?"

"Erion," kataku. "Peluk Pascal."

Dia bisa memeluk dirinya sendiri, komentar anak itu sebelum menyandang tasnya dan berbalik pergi lebih dulu.

Alatas dan Truck mengucapkan terima kasih sebelum menyusul Erion. Ketika aku akan mengekori mereka, Embre menarikku. Dia menjabat tanganku sampai-sampai aku sempat mempertimbangkan untuk mencium punggung tangannya seperti yang dulu kulakukan pada guru sekolahku, tetapi kemudian dia tersenyum dingin dan berkata, "Jangan sembarangan masuk ke kepala orang lagi, oke?"

Wajahku memanas. Selama ini, aku keluar-masuk kepala orang sesukanya dan tidak pernah ada yang menyadariya. Tak kusangka Embre bakal sadar. Aku semestinya bertanya bagaimana dia bisa tahu—mungkin saja ada sesuatu tentang Brainware yang luput kupelajari, tetapi lidahku seperti di lem ke langit-langit mulut. Selayaknya siswa yang ketahuan mencontek, aku bergumam pelan, "Oke."

"Kau tidak akan pernah tahu apa yang menunggumu di dalam kepala orang lain," ucap Embre lagi, kali ini terdengar lebih seperti nasihat semata. Kuberanikan diriku untuk menatapnya, tetapi mataku mentok pada lehernya yang kini dijerat choker milik Pyro. "Otak manusia adalah tempat kelam di mana hal-hal buas bisa bersarang tanpa diketahui oleh pemiliknya sendiri. Hati-hati."

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang