| RavAges, #78 | 2970 words |
BUNGKER ITU sudah runtuh. Kosong. Kami terlambat. Ada sekelompok Pemburu lain yang datang sebelum kami.
Setelah berhasil membobol longsoran tanah dan pintu bungkernya, kami hanya menemukan tubuh para Pemburu—dua di antaranya masih hidup, tetapi sudah lemas kehabisan napas. Sabang mengorek informasi ke mana perginya Raios dari para Pemburu yang tersisa, lantas menembak mati keduanya setelah selesai.
"Tidak ada yang boleh tahu kita mencari Raios," kata Sabang saat aku dan Blec menghujamnya dengan tatapan menghakimi.
"Ke mana selanjutnya, Bang?" tanya si Cyone seraya menyenteri sisa jalan di saluran gorong-gorong yang belum amblas. "Kalau benar Raios menuju Kompleks terdekat, itu berarti Kompleks 4."
Satu kaki Sabang mengetuk-ngetuk lantai pipa. "Bintara di sana saat ini ...."
"Kita bisa mendahuluinya kalau berangkat sekarang."
"Tidak, tidak! Kita tidak bisa ambil risiko. Pergerakan kita tidak boleh terlihat sama sekali di sana." Sabang menggertakkan rahangnya. Sikap tubuhnya tampak tegang. "Bintara akan curiga. Kita tidak boleh membuatnya menaruh perhatian sama sekali pada Raios!"
Sabang dan timnya mulai menelusuri lorong yang masih utuh sambil bergumam sendiri, "Kalau saja ada cara untuk membuat anak itu mendatangi kita atas keinginannya sendiri."
"Menurutmu Leila bersama si Raios ini?" tanya Blec. Kakinya menyundul salah satu mayat Pemburu. "Kalau benar Leila bersamanya, kau yakin cewek itu masih hidup? Si Raios ini tampaknya malah lebih kejam daripada Sabang."
"Leila cewek yang cerdik," tukasku. "Tentu saja dia bakal bertahan."
Kami menyusul Sabang dan yang lainnya, melewati lorong gelap berlumut dan penuh bangkai tikus. Sesekali terlihat kelip cat semprot seperti yang ada di Garis Merah, hanya saja warnanya hijau-biru. Beberapa lorong bercabang, mengarah ke jalan buntu yang memaksa kami kembali ke cabang lain.
"Kalau ada Fervent yang bisa tinggal di Kompleks," kataku, "kenapa masih ada yang memilih bersembunyi di gorong-gorong?"
"Tidak semua Fervent diterima di Kompleks," jelas Sabang tanpa menoleh. "Mereka haruslah bekerja untuk NC. Dan, karena pemegang kekuasaan di sebagian besar Kompleks adalah Bintara ... nah, kau tahu jalurnya."
"Sori, kalau ini menyinggung, Om," kataku lagi. "Tapi, kalian juga mengoleksi mayat Fervent sebagai sampel untuk ... apa itu, penyemaian? Kalian juga membatasi hak dan kewajiban kami, manusia normal, karena Fervent sering dinilai lebih efektif untuk sebagian besar tugas. Apa bedanya T. Ed dengan NC, kalau begitu?"
Blec mendelik jengkel ke arahku. Tatapannya seperti mengatakan, Haruskah kau melontarkan pertanyaan menantang seperti itu saat kita terkurung dalam lorong bersama tujuh orang Fervent?
KAMU SEDANG MEMBACA
RavAges
Science Fiction[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mereka untuk terus bergerak sebagai keluarga nomaden. ---***--- Leila, 17 tahun, ter...